Sayur Lompong dari Tetangga
Siang itu, Selasa (20/7), Rina ke warung langganan. Ibu pemilik warung bercerita. "Tadi tukang sayur bawa lompong. Nanti mau kusayur. Suka sayur lompong?" "Wah, kalau saya tidak suka, tidak pernah masak. Tapi, Pak Arie suka sekali." Entah kenapa Rina membawa-bawa namaku. "Berarti sama dengan Bapak. Bapak itu juga sukanya sayur ndeso. Kemarin saya buatkan sego megono, dia habis banyak." Untunglah aku tidak mendengar langsung percakapan itu. Kalau tidak, kan bisa ngiler ndlewer-ndlewer. Percakapan berujung di situ. Sorenya, Rina ada keperluan lagi ke warung sebelah. Eh, pas si ibu hendak mengantar semangkuk sayur ke tetangga seberang rumah. Sayur lompong yang diceritakannya tadi. "Mau?" Pulanglah Rina bukan hanya membawa belanjaan, tetapi plus semangkuk sayur lompong kejutan buat suaminya. Rasanya? Irisan-irisan lompong segar berpadu dengan rebon dan potongan tempe kecil dalam kuah yang pedesnya mondo-mondo. Makpyar tenan! Semangkuk sayur lompo...