Posts

Showing posts from December, 2010

Kenapa Angka-Angka Itu?

Image
“Tidak ada tragedi, yang ada hanyalah yang tak terhindarkan. Segala sesuatu ada alasannya: engkau tinggal memilah-milah mana yang sementara dan mana yang abadi.” “Manakah yang sementara?” “Yang tak terhindarkan.” “Dan manakah yang abadi?” “Pelajaran-pelajaran yang dipetik dari yang tak terhindarkan itu.” --Paulo Coelho, Gunung Kelima 1969. 1988. 2000. 2001. 2002. 2006. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2020… Kenapa angka-angka itu? Benarkah ada yang lama dan yang baru pada tahun-tahun kita? Waktu kita jalani sebagai hari ini demi hari ini. Dengan bayangan masa lalu yang kian lama kian memanjang. Adapun harapan masa depan berpijar menyemangati di dada. Terwujud oleh kini demi kini. Kenapa angka-angka itu? Hanya satu lagi kegenitan manusiawi? Manusiawi, tampaknya iya. Genit atau tidak, biarlah penyair saja yang memberinya sebutan. Bayangkan coba sebuah dunia tanpa penanda waktu. Murid-murid sekolah merengut karena tak tahu kapan berhenti duduk bersedekap di bangku kelas dan mulai bisa

Kenapa Timnas Kalah? Politik Pencitraan!

Image
Jawabannya: Pesta kepagian. Pesta hadiah yang jor-joran. Pesta perjamuan makan politik pencitraan yang tidak karuan. Pesta sorotan media yang berlebihan. Pesta yang justru menguras energi mental, energi emosional, dan moril pemain. Timnas melanggar pepatah leluhur dengan berenang-renang ke hulu, dan kena batunya dengan berakit-rakit ke tepian. Malah mereka seperti orang Jawa: ketika dipangku, mati terlena jadinya.* Ini bukan kontes pencarian bakat, yang pemenangnya ditentukan oleh banyaknya SMS. Ini adu kinerja—siapa tampil paling gesit, ialah yang bakal jadi pemenang. Karenanya, jeda antara semifinal dan final bukanlah saat untuk tebar pesona, melainkan saat untuk mengintensifkan persiapan. Kerja belum selesai, belum apa-apa—nyatanya malah sudah terlalu banyak pesta pora. Fenomena Timnas menandakan betapa bangsa ini desperately seeking hero. Desperately seeking national pride. Negeri ini kehilangan sesuatu yang layak dielu-elukan. Kita mencari-cari sesuatu yang pantas dijadikan

Rapunzel vs Beauty and the Beast

Image
SPOILER BERTEBARAN. Minggu lalu, kami membeli DVD Beauty and the Beast Diamond Edition sebagai hadiah-telat untuk ulang tahun Tirza. Lalu, semalam kami menonton Rapunzel (di AS beredar dengan judul Tangled). Wah, ternyata struktur cerita Rapunzel mengikuti pola Beauty and the Beast, dengan sejumlah pembalikan fungsi dan peran karakter-karakternya. Ini sebagian di antaranya. Beauty and the Beast Rapunzel (Tangled) Yang terkurung di kastil tersihir pangeran buruk rupa Yang terkurung di menara gadis cantik yang tidak menyadari kalau dirinya putri raja. Dibuka dengan narasi tentang asal-usul Beast. Dibuka dengan narasi tentang asal-usul Rapunzel. Lagu pertama tentang “kota kecil” yang membosankan dan tidak nyambung bagi Belle yang cergas. (Lagu-lagu berikutnya juga bisa diperbandingkan, termasuk yang adegannya mencomot lagak Maria di The Sound of Music). Lagu pertama tentang keseharian Rapunzel di menara, suatu siklus membosankan, seolah