Posts

Showing posts from January, 2012

Ikutlah Aku

Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."  (Matius 4:19) Ardian diterima kuliah di IPB. Ia belum pernah ke Bogor, tidak punya kenalan di kota itu, dan kini harus pergi sendiri untuk mendaftar ulang. Hanya berbekal peta dan buku panduan, agak bingung juga ia menemukan lokasi kampus. Syukurlah, ia bertemu mahasiswa senior yang berbaik hati mengantarnya. “Ikutlah aku. Pasti beres urusan pendaftaranmu,” kata mahasiswa itu. Ardian tersenyum penuh rasa terima kasih. Di antara para pemuka agama yang pernah tampil di dunia, Yesus menyampaikan panggilan yang unik dan revolusioner, “Ikutlah Aku.” Dia tidak mengarahkan pengikut-Nya untuk hanya menyimak dan mematuhi ajaran-Nya, tetapi Dia menunjuk pada diri-Nya sendiri sebagai Sosok yang patut diikuti. Mereka diundang untuk meneladani sebuah Kehidupan. Yesus juga bukan sekadar menyediakan peta petunjuk untuk menjalani kehidupan, Dia sendiri yang akan menjadi Pemandu mereka dalam mel

Bukan Seperti Ayah

Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. (Yohanes 17:23) Saya memiliki hubungan yang kurang dekat dengan ayah saya. Saya tahu ayah memperhatikan dan berjuang untuk mencukupi kebutuhan keluarga besar kami (saya tujuh bersaudara), dan saya pun belajar untuk menaati dan menghormatinya. Tetapi, saya cenderung takut-takut terhadapnya. Hubungan kami berjarak: sangat jarang kami bercakap-cakap secara akrab. Ternyata hal itu diam-diam memengaruhi hubungan saya dengan Allah, yang dalam Alkitab banyak digambarkan sebagai sosok seorang bapa. Dalam waktu yang cukup lama saya bergumul untuk menyapa Allah sebagai Bapa dalam berdoa, tidak yakin apakah saya dapat berbicara secara leluasa dengan Dia dan apakah Dia akan menanggapi doa saya dengan ramah. Bagaimana Alkitab memandang perkara ini? Pada tempatnyakah jika kita membandingkan kasih A

Insya Allah

Melainkan patutlah kamu berkata, "Insya Allah, kita akan hidup membuat ini atau itu." (Yakobus 4:15, TL) Dulu saya agak jengah dengan istilah “insya Allah.” Bukan saja terasa asing di telinga, istilah itu rasanya menggambarkan iman yang ragu-ragu, kurang yakin dalam mengklaim janji dan pemeliharaan Allah bagi kehidupan kita. Benarkah demikian? “Insya Allah” secara sederhana berarti “jika Tuhan menghendakinya,” seperti yang digunakan tim penerjemah Alkitab Terjemahan Baru. Namun, dalam Alkitab Terjemahan Lama, para penerjemah memilih untuk meminjam ungkapan dari bahasa Arab itu. Selain dalam nas hari ini, istilah itu juga muncul dalam janji Paulus kepada jemaat Efesus (Kisah Para Rasul 18:21) dan jemaat Korintus (1 Korintus 4:19). Saya jadi berpikir ulang. O, ternyata yang teguh dan pasti itu adalah janji Allah; adapun janji dan rencana manusia itu sudah sepantasnya, seperti ditegaskan Yakobus, dibungkus dengan “insya Allah.” Kita dapat memberikan janji dan menyusun renca

Pohon Apel Tidak Mungkin Menjadi Pohon Duku

Image
Yesus Kristus menyelamatkan kita secara sempurna—satu kali untuk selama-lamanya. Yesus Kristus membenarkan kita secara sempurna—satu kali untuk selama-lamanya. Yesus Kristus menguduskan kita secara sempurna—satu kali untuk selama-lamanya. Karena itu, kita tidak bertumbuh dalam keselamatan—semakin hari semakin selamat. Kita tidak bertumbuh dalam kebenaran—semakin hari semakin benar. Kita juga tidak bertumbuh di dalam kekudusan—semakin hari semakin kudus. Tidak. Mengharapkan pertumbuhan dalam keselamatan, kebenaran, dan kekudusan kira-kira seperti mengharapkan pohon apel bertumbuh menjadi semakin apel. Lalu, dalam hal apa kita bertumbuh? Kita bertumbuh dalam memahami keselamatan, kebenaran, dan kekudusan yang sudah dianugerahkan secara sempurna kepada kita. Kita semakin bertumbuh dalam mengenali keselamatan, kebenaran, dan kekudusan yang sudah dianugerahkan secara sempurna kepada kita. Kita semakin bertumbuh dalam mengungkapkan keselamatan, kebenaran, dan kekudusan yang sudah dianugera

Rumahku, Istanaku---Masihkah?

Image
Rumah adalah keutuhan di mana bunga bermekaran di mana burung berkicauan matahari gemilang berkilauan Rumah adalah ketika manusia saling menyapa ketika Tuhan mengulurkan kasih-Nya Apakah rumah masih menjadi tempat yang paling kita rindukan, tempat ke mana kita pulang? Apakah rumah merupakan tempat yang paling nyaman bagi kita, tempat kita menjadi diri sendiri, tempat yang aman dan menenteramkan? Apakah rumah merupakan ruang untuk berdoa dan bersekutu dengan Tuhan serta bercengkerama dengan keluarga? Apakah rumah menjadi tempat favorit untuk mengundang teman-teman dekat agar dapat bersekutu dengan mereka? Rumah seharusnya menjadi pusat dari segala sesuatu yang kita lakukan. Rumah sekaligus tempat kita mendapatkan kembali kekuatan, tempat kita makan dan tidur, tempat berlindung dari kegalauan di dunia. Rumah juga tempat kita menemukan orang-orang yang paling kita kasihi, hal-hal yang paling kita sukai. Namun, apakah rumah, saat ini, masih menjadi istana bagi kita

Uaaaaang, Lagi-Lagi Uaaaaaang!

Image
“Uang itu bukan segalanya,” kata si Anu, “namun posisinya berada jauh di depan apa pun yang berada di posisi kedua.” Dengan kata lain, uang itu amat sangat penting. Mungkin orang itu akan melanjutkannya dengan mengutip Pengkhotbah, “Uang memungkinkan segala-galanya!” Betulkah uang sepenting itu? Kalau menyimak gaya hidup masyarakat saat ini, kita cenderung akan mengangguk-angguk. Budaya UUD (ujung-ujungnya duit) menongolkan hidungnya dalam berbagai aspek kehidupan. Kalau tidak ada uang, dunia ini rasanya tidak akan berputar. Tetapi, betulkah uang sepenting itu? Pertanyaan itu berkaitan dengan sikap kita terhadap uang. Untuk mengajarkan sikap kepada anak-anak, tentu saja sikap kita pula yang berbicara paling keras. Sikap---yang kemudian tertuang dalam perkataan, perilaku, dan kebiasaan sehari-hari kita dalam mengelola uang---itulah yang akan dibaca dan disimak oleh anak-anak kita. Nah, sehatkah sikap kita terhadap uang? Perspektif Tuhan Yesus mungkin mencengangkan kita. Alih-ali

Berdoa bagi Kaisar Nero

Image
Baca: 1 Timotius 2:1-7 Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. (1Timotius 2:1-2) Ketika Paulus menulis surat kepada Timotius, pemerintahan Romawi berada di tangan Nero, kaisar yang terkenal karena kebengisannya. Pada masa itu, tidak sedikit pengikut Kristus yang dibantai, dibakar, atau dijadikan mangsa binatang buas. Nero bahkan mengambinghitamkan mereka, ketika kebakaran melalap habis kota Roma. Untuk raja yang demikian Paulus meminta umat Tuhan berdoa (ayat 2). Bagaimana perasaan kita jika menjadi jemaat saat itu? Apakah Paulus mengajak jemaat berdoa bagi pemerintah agar mereka tergerak membuat kebijakan yang baik sehingga mereka tidak dianiaya lagi tetapi boleh hidup tenang dan tenteram? Menarik untuk memperhatikan bagaimana Paulus membawa jemaat melihat apa yang dikehendaki Tuhan dalam doa mereka: Tuhan ingin agar semua orang, terma

Nyanyian Ajaib Burung Bulbul

Image
Putri Jelita namanya, putri Kerajaan Mustika. Seperti namanya, demikianlah wajahnya. Cantik menawan, dengan rambut hitam lurus tergerai panjang. Senyumnya merah merekah, menghangatkan setiap hati yang memandangnya. Selain cantik wajahnya, cantik pula hati Putri Jelita. Ia suka mengunjungi rakyatnya, bermain dengan anak-anak kecil, mendengarkan cerita nenek-nenek, memetik bunga-bunga liar di ladang, dan menolong orang yang kesusahan. Derai tawa dan alun nyanyiannya membangkitkan semangat orang-orang dalam bekerja. Kecantikannya tersiar sampai ke kerajaan-kerajaan sekitar. Dua orang pangeran dari kerajaan sahabat mencintainya. Yang satu Pangeran Bergas dari Kerajaan Lokasari, seorang pangeran yang tampan, gagah berani, dan suka berburu. Yang lain Pangeran Sidik dari Kerajaan Adiguna, seorang pangeran yang tampan, gagah berani, dan suka bercerita. Mereka menunggu sang putri berumur delapan belas tahun, dan pada saat itu mereka akan meminangnya. Siapakah yang akan

365 Fakta, 365 Kutipan, dan 365 Humor Asyik

Image
Kutipan Asyik & Menggelitik Istilah lain untuk balon adalah penampung napas bau. ~ Demetri Martin *** Kita ini celaka. Tujuh puluh persen tanah air kita laut, tetapi garam saja impor. Kalau bodoh sih gak apa-apa, tapi kalau disengaja kok bodoh. Saya tahu impor setiap satu ton dapat 10 dolar. Jadi impor itu hanya menguntungkan yang impor saja. ~ Abdurrahman Wahid *** Tetangga saya bertanya apakah ia boleh memakai mesin pemangkas rumput saya, dan saya menjawab, tentu saja boleh, asalkan ia tidak membawanya keluar dari kebun saya. ~ Eric Morecambe *** Di Meksiko AC disebut politisi karena mesin itu terlalu ribut, tetapi kerjanya tidak begitu bagus. ~ Len Deighton *** Cara terbaik untuk menurunkan berat badan adalah mengembangkan kepercayaan fanatik pada agama tertentu yang melarang kita bersenang-senang. ~ Gregory Nunn Humor Singkat & Menyengat Pada usia 4 tahun, sukses adalah… tidak ngompol. Pada usia 12 tahun, sukses adalah… punya banyak teman. Pada usi

Gereja Itu Bukan Rumah Ibadah, Melainkan Rumah Belajar

Image
Tahukah Anda bahwa gereja itu mulanya rumah belajar? Gereja mula-mula merupakan kelanjutan tradisi sunagoge dalam agama Yahudi. Arti harfiah sunagoge adalah belajar bersama-sama. Terjemahan yang tepat untuk sunagoge di Matius 13:54, Markus 1:39 dan di banyak ayat lain bukanlah rumah ibadah melainkan rumah belajar. Umat Kristen, dengan demikian, semestinya adalah umat yang belajar. Pembelajaran secara sederhana berarti penerusan pengalaman. Pengalaman ini dapat berupa fakta, kebenaran, ide, atau cita-cita; dapat pula berupa proses atau kecakapan membuat karya seni. Pembelajaran mencakup teori dan praktik, meliputi pelatihan fisik, mental, dan moral. Tujuannya membawa manusia ke dalam kedewasaannya yang penuh. Ya, pembelajaran berlangsung seumur hidup. Apa yang dipelajari umat percaya? Hikmat Tuhan yang disingkapkan dalam firman-Nya. Seperti dikatakan Paulus, hikmat tersebut berguna “untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dal

Amadeus: Oh, Kecemburuan

Image
Milos Forman mengunjungi kembali dunia yang pernah diangkatnya dalam film pemenang Oscar, One Flew Over the Cuckoo's Nest : rumah sakit jiwa. Hanya saja, sutradara asal Cekoslowakia ini tidak lagi mengupas soal kegilaan, namun menyoroti tabiat dasar yang telah membelit manusia sejak mulanya: kecemburuan. Amadeus berdasarkan naskah drama berjudul sama susunan Peter Shaffer, yang kemudian juga menuliskan skenarionya. Namun, kisah tentang pertikaian antara Salieri dan Mozart ini bukan berdasarkan sejarah, melainkan terinspirasi oleh puisi Alexander Pushkin, ditulis tahun 1830, hampir 40 tahun setelah kematian Mozart (1756-1791). Dalam puisi itulah, Mozart dan Salieri ditampilkan sebagai musuh. (Dalam kenyataannya, Mozart dan Salieri tidak bermusuhan; Salieri tidak membunuh Mozart; dan Salieri bahkan menjadi guru musik salah satu anak Mozart.) Shaffer, dengan demikian, memanfaatkan unsur-unsur sejarah, namun sekaligus menyimpangkan sejarah, dan dengan keleluasaan artistik menge

Ucapan Syukur Maria

Image
Bacaan Alkitab: Yohanes 12:1-8 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaku mengenai kamu… yaitu rancangan damai sejahtera… untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11) Novel Miryam dari Magdala karya Angela Hunt memuat cerita unik yang didasarkan pada Yohanes 12:1-8. Kisahnya kurang lebih sama. Seminggu sebelum Yesus disalibkan, Maria, saudara Lazarus dari Betania, mengurapi Yesus dengan minyak narwastu murni yang mahal harganya. Ia meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Aroma harum minyak itu memenuhi seluruh penjuru rumah. Tetapi, Yudas mencela tindakan itu sebagai pemborosan. Seharusnya Maria menjual minyak itu dan mendermakan uangnya kepada orang-orang miskin. Namun, Yesus menyambut pengurapan Maria itu sebagai persiapan bagi penguburan-Nya. Menurut Hunt, Maria mengurapi Yesus bukan karena hendak berterima kasih atas apa yang sudah Dia lakukan, yaitu membangkitkan Lazarus dari antara orang mati, melainkan