Posts

Showing posts from July, 2011

Nenek Brand yang Keras Kepala

Image
Evelyn Brand masih belia ketika merasakan panggilan Tuhan untuk pergi ke India. Sebagai seorang perempuan lajang pada 1909, panggilan semacam itu benar-benar menuntut iman setinggi gunung dan kebulatan hati yang tak kalah besarnya. Ia menikah dengan pemuda bernama Jessie dan bersama-sama mereka merintis pelayanan bagi masyarakat di pedesaan India, menyediakan pendidikan dan sarana kesehatan, serta membangun jalan untuk mengurangi keterpencilan kaum miskin.             Mereka melewati tujuh tahun awal pelayanan tanpa melihat satu orang pun bertobat. Namun suatu ketika seorang imam dari agama suku setempat terserang demam dan sakit sampai sekarat. Tidak ada seorang pun yang mau mendekatinya, tetapi Evelyn dan Jessie merawatnya. Imam itu berkata, “Allah ini, Yesus, pastilah Allah yang sejati karena hanya Jessie dan Evelyn yang mau merawatku saat aku sekarat.”             Imam itu menyerahkan anak-anaknya kepada mereka setelah ia meninggal—dan hal itu menjadi titik balik rohani di desa itu

Hadiah ulang tahun dari 2 HN

Sahabatku, Hendro Nugroho, sebagai kado ultah ke-42-ku, menghadiahkan kutipan indah dari Henri Nouwen berikut ini. Our life is a short time in expectation, a time in which sadness and joy kiss each other at every moment. There is a quality of sadness that pervades all the moments of our life. It seems that there is no such thing as a clear-cut pure joy, but that even in the most happy moments of our existence we sense a tinge of sadness. In every satisfaction, there is an awareness of limitations. In every success, there is the fear of jealousy. Behind every smile, there is a tear. In every embrace, there is loneliness. In every friendship, distance. And in all forms of light, there is the knowledge of surrounding darkness.... But this intimate experience in which every bit of life is touched by a bit of death can point us beyond the limits of our existence. It can do so by making us look forward in expectation to the day when our hearts will be filled with perfect joy, a joy that no

Mengejar Kembang Api

Layar proyektor menampilkan gambar kembang api warna-warni buyar memecah. Seorang anak kecil berlari mendekat, berusaha menyentuh layar, ingin meraih percikan-percikannya. Mulutnya tertawa. Ibunya berlari mengejar dan menahannya. “Jangan disentuh. Nanti rusak layarnya. Itu hanya gambar.” Aku senyum terkulum melihatnya. Ah, betapa kita orang dewasa sudah kehilangan banyak rasa takjub. Kita berlagak sudah tahu. Ah, itu kan hanya piksel-piksel yang dialirkan dari komputer melalui kabel ke proyektor, lantas dipancarkan ke layar. Itu hanya gambar. Apa hebatnya? Anak kecil itu bisa jadi tahu itu hanya gambar. Tetapi ia tidak peduli. Gambar itu memikatnya. Dan hidup. Dan layak untuk dikejar dan diraih. Ketika kita kehilangan rasa takjub, ketika banyak hal jadi terasa biasa-biasa saja, tak ayal kita akan kehilangan gairah untuk mengejar dan meraih keindahan.

Pendamaian Kristus

Atau Bagaimana Kita Dapat Hidup (Kembali) Bersama Dengan Allah Jantung kehidupan Kristiani adalah hubungan dengan Allah. Melalui hubungan itu, Tuhan mengubah kita menjadi serupa dengan gambar Anak-Nya. (Baca: Our Deepest Purpose ). Sejak penciptaan Tuhan sudah mengungkapkan kerinduan itu. Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kejadian 1:26). Ini sebuah panggilan untuk hidup dalam hubungan yang penuh kasih dengan Allah, dalam ketaatan dan ketergantungan penuh pada Allah. Saat manusia menanggapi kasih Allah dengan menaati-Nya, karakter Allah akan semakin nyata terpancar di dalam dirinya—seperti seorang anak yang bertumbuh menjadi semakin serupa dengan bapaknya. Kemudian, Allah memberkati manusia (Kejadian 1:28). Menurut Raymond C. Van Leeuwen , tata bahasa Ibrani yang dipakai dalam bagian ini sama dengan yang dipakai dalam bagian-bagian Alkitab yang mengungkapkan doa dan harapan berkat bagi keluarga. Dengan kata lain, perkataan Allah tersebut bukan mengacu pada

Our Deepest Purpose: Not To Do, But To Be

Apakah tujuan hidup kita? Apakah cita-cita Anda? Apakah Anda menggantungkan cita-cita setinggi bintang di langit? Pertanyaan yang lebih penting lagi: Apa yang dicita-citakan Tuhan bagi kita? Kita mendeklarasikan tahun ini sebagai Tahun Kebaikan Tuhan, Tahun Rahmat Tuhan. Menurut saya, dari sini kita dapat memperoleh gambaran sekilas tentang cita-cita Tuhan bagi kita. Roma 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Kita perlu mengetahui—memahami dengan akal-budi, dengan penuh keyakinan—hal ini. Apakah yang dimaksudkan dengan kebaikan ini? Dapat beasiswa. Kena kanker. Lulus ujian cum laude . Orangtua bercerai. Dapat kontrak miliaran. Utang lunas. Hamil di luar nikah. Juara lomba dance. Diputus pacar. Bisnis bangkrut. Buku terjual laris. Menetap di Jogja. Liburan ke luar negeri. Motor dicuri. Dll. Dsb. Dst. Manakah yang baik men

Mengembangkan Kebiasaan Menulis

Berikut ini beberapa tip yang saya kumpulkan dari berbagai sumber.   Membaca. Membaca. Membaca. Bacalah terutama karya-karya fiksi yang baik (bedakan antara yang baik dan yang populer/laris). Bila Anda berminat menulis karya yang baik, Anda perlu membaca buku yang baik pula. Penuhilah pikiran Anda dengan bacaan yang berkualitas dan Anda kemungkinan besar akan dapat menghasilkan karya serupa. Gaya penulisan itu penting, dan Anda dapat “menyerap”-nya dari buku-buku yang telah teruji oleh waktu. Selingan: Siapa penulis favorit Anda?   Menulis. Menulis. Menulis. E.B. White berkata, “Saya mengagumi orang yang punya nyali untuk menuliskan sesuatu, apa pun itu.” Annie Dillard ,  "Menulis kalimat itu sulit apa pun topiknya. Menulis kalimat untuk resep masakan tidak lebih mudah dari menulis kalimat dalam Moby Dick. Jadi, mengapa tidak sekalian menulis Moby Dick saja?” Dengan kata lain, bagaimanapun juga, menulislah. Meluangkan waktu khusus untuk menulis—setiap hari, setiap minggu. K