Posts

Showing posts from February, 2013

Surat Tirza untuk Ibu, tentang Hamster Kesayangannya

Image
Jumat (15/2), kami sekeeluarga mengantar Tirza (10 tahun) mengikuti lomba menulis surat, mengungkapkan rasa sayang pada orangtua, di Wowfest 2013, Yogyakarta. Kukatakan padanya, yang penting bukan mencari kemenangan, melainkan mengasah dan mempertajam kecakapan menulisnya. Ia hanya perlu bertanding dengan dirinya sendiri, memperbaiki dan meningkatkan kualitas kinerjanya. Kemenangan itu bonus. Ia tampak bersemangat. Di luar lomba menulis, kami menikmati beberapa acara lain di ajang itu.  Saat pengumuman pemenang pada Minggu (17/2) malam, syukurlah, Tirza menjadi juara 2. Berikut ini suratnya: Ibu tersayang, Ibu sudah baik sekali, memberikan seekor hamster kecil yang lucu. Imut lagi. Karena Ibu sudah berbaik hati sekali, memberikan seekor hamster kecil yang lucu, karena aku sudah lama menginginkan seekor atau dua ekor hamster kecil yang lucu, aku mau menjaga hamster-hamster itu. Karena mereka mahal dan perawatannya susah, aku akan berusaha untuk menjaga mereka sebaik mungkin

Kemiskinan, Hukum, dan Anugerah dalam Les Misérables

Image
Istriku, meski sudah kubujuk-bujuk, tidak mau menonton film ini. Kenapa? "Sedih pasti." Dan, benar, ini film sedih. Dan mengerang dengan penuh kepedihan. Alih-alih dialog, film ini mempersilakan para aktor menyanyikan isi hatinya dengan sepenuh perasaan. Lirik lagunya berupa bait-bait puisi yang mencoba menyarikan pesan novel adiluhung Victor Hugo yang menjadi sumbernya. Alih-alih bentangan lanskap dan adegan-adegan kolosal, film ini memilih lebih banyak menampilkan close up demi close up pemainnya, yang membuat penonton ikut merasakan deru napas mereka. Menyesakkan dada. "Les Misérables" garapan Tom Hooper (Inggris, 2012) ini sukses dalam dua level: sebagai komentar sosial dan sebagai tamsil rohani. Sebagai komentar sosial, ia menggambarkan bahwa "Selama masih ada pengutukan sosial, dengan alasan hukum dan adat, yang saat berhadapan dengan peradaban secara artifisial menciptakan neraka di mua bumi dan merumitkan takdir ilahiah dengan ketid