Di Balik yang Biasa-Biasa Saja
Kita menginginkan kehidupan yang luar biasa. Kita merindukan kehidupan yang signifikan. Kita ingin mengubah kota. Kita ingin terlibat dalam transformasi bangsa. Kita berhasrat menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik. Dengan kata lain, kita jengah dengan kehidupan yang biasa-biasa saja. Dan, kejengahan itu tampaknya beralasan. Bukankah Yesus menjanjikan kehidupan yang berkelimpahan? Bukankah kita adalah ”bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri,” yang dipanggil untuk ”memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia”? Hanya masalahnya, dalam keseharian, kita lebih banyak dikepung oleh hal-hal yang tampaknya biasa-biasa saja. Tidak banyak dari kita yang berkesempatan untuk berkhotbah di depan ribuan orang. Tidak banyak yang menjadi misionaris yang secara intensif melayani dan mengubah suatu suku bangsa. Tidak banyak yang duduk dalam pemerintahan, yang bisa mengambil keputusan yang memengaruhi banyak orang. Tidak banyak...