Naskah Buruk Ini seperti Kasut Tuhan Yesus
Ketika pertama kali membuka berkas naskah itu, saya nyaris memaki. Ini seperti kelakuan banyak penulis dalam taraf yang lebih parah, pikir saya. Naskah masih bopeng-bopeng sudah dikirim ke penerbit (dalam kasus ini: panitia ulang tahun sebuah gereja, yang meminta warga untuk menuliskan kesan mereka tentang gereja tersebut). Entah terlalu pe-de entah terlalu menyepelekan kerja penulisan ulang, sulit dibedakan. Pikir mereka, biar nanti editor saja yang memperbaikinya. Namun, bisa jadi nanti mereka mencak-mencak ketika, setelah naskah terbit, mereka pangling pada tulisan sendiri yang sudah dipermak habis oleh editor. Beuh! Dan, secara penampilan saja, naskah ini sungguh mengerikan. Bayangkan! Seluruh tulisan tercetak dalam huruf tebal. Tulisan sepanjang satu seperempat halaman itu hanya terdiri atas judul, satu paragraf panjang, dan nama penulis. Kalimat-kalimatnya banyak yang rancu dan melingkar-lingkar. Lalu, salah ketiknya... minta ampun! Coba, muncul kata-kata yartu, suk...