Sendiri

hutan pinus jumprit melambai-lambai
Hutan pinus Jumprit, Ngadirejo, Temanggung, Jateng

1.
malam yang melayap sepi
menggulung sendiri jauh di hati
kangenku yayi
senyummu merekah api

tembang cengkerik lirih-lirih
di matamu terlihat jirih
rasa gelisah
di dadaku menghampar merah

mari sini
kukecupi rikmamu wangi

2.
membuka kinanti
lantunan angin abadi
mengusap rembulan wajahnya sendu
lubang jauh di langit biru
(di dadaku bersemayam rindu)

gelanggang yang senyap
kehilangan lagu gegap
bocah malam berlari-lari
tak peduli rembulan sunyi
zaman ini
tak untuk bernyanyi-nyanyi

3.
paman doblang sayang
dongengkan timun mas yang hilang
di antara jerit walang

bobok sendiri
dekapan emak tak lagi menghangati

aduh yayi
ke mana pergi
mau kucari

4.
kudengar dercik kali
bunyinya menyentuh hati
mengalir jauh bergulir-gulir
dibawa angin menuju desir

berenanglah mandi di sini
tapi bawa api
di bawah dadap
ada kabut merayap
dinginnya, duh, subuh lindap

5.
kembang-kembang liar
warnanya merah ronanya segar

yayi
selipkan di telinga kembangku ini
kupandang secerah pagi
pipimu merah merona
bibirmu merah kesumba
aku semakin gandrung
mengalahkan mendung

tapi yayi
hati yang sendiri
sepi di garang matahari
senandungku jauh
ditangkap gembala lusuh

kambing-kambing berlari
menerjang kembang kita, yayi

6.
lucunya kamu melengking-lengking
tenggorokan yang garing
musim ini benar-benar kering
lihat ranting-ranting

seekor burung terusik sarangnya
anaknya menciap ditinggal terbang
menggigil dan gemetar bulunya
mari yayi, kita bawa pulang

di rumah ada bulir-bulir padi
sisa makan tadi pagi
burung kecil berkulit tipis
rupanya ia menangis

rupanya ia menangis, yayi
seperti kita, ia pun sendiri

7.
senja cepat memenggal hari
memenggal seleret simponi
aku gigil
ini jiwa jadi kerdil
tak berani menghadap malam
yang datang melayang dan diam
kau pergi aku sendiri
mencoba berdiri

siapakah yayi
jawabnya teka-teki

***

Dimuat di Majalah Hai no.27/X, 8-14 Juli 1986.

Comments

Popular posts from this blog

7 Humor Natal yang Bikin Terpingkal-pingkal

Edisi Koleksi Terbatas 50 Tahun Majalah Bobo Cerpen & Dongeng: Benarkah “Terbaik Sepanjang Masa”?

Setengah Hari di Rumah Atsiri