Kebenaran Itu Seperti Matahari
Kebenaran itu seperti matahari. Ia senantiasa ada, bercahaya dan panas berpijar. Mungkin saja kadang-kadang mendung menyaputnya, atau tudung hutan menutupinya. Bisa jadi terkurung di gedung bertingkat mengalangi kita melihatnya, dan sergapan AC membuat kita tak menyadari sengatan panasnya. Malam pun secara rutin menyembunyikannya. Namun, alangkah bodohnya jika kita lalu menyatakan bahwa matahari itu tidak hadir dan tidak ada.
Begitu juga dengan kebenaran tentang siapa diri kita di dalam Tuhan: bahwa kita dicintai oleh-Nya, bahwa Dia telah mati untuk menebus kita. Kadang-kadang kebenaran itu hadir senyata matahari terik di tepi pantai. Di waktu lain, kabut pencobaan mengaburkan cahayanya, AC kenyamanan menepiskan kehangatannya. Dan, malam-malam gelap yang mencekam jiwa menggerogoti kepercayaan dan pengharapan kita akan kehadirannya.
Namun, alangkah bodohnya jika kita kemudian berhenti percaya. Jika kita berhenti berharap. ***
Begitu juga dengan kebenaran tentang siapa diri kita di dalam Tuhan: bahwa kita dicintai oleh-Nya, bahwa Dia telah mati untuk menebus kita. Kadang-kadang kebenaran itu hadir senyata matahari terik di tepi pantai. Di waktu lain, kabut pencobaan mengaburkan cahayanya, AC kenyamanan menepiskan kehangatannya. Dan, malam-malam gelap yang mencekam jiwa menggerogoti kepercayaan dan pengharapan kita akan kehadirannya.
Namun, alangkah bodohnya jika kita kemudian berhenti percaya. Jika kita berhenti berharap. ***
Comments
Post a Comment