Membaca Adikarya
Bacaan: Yesaya 6
Dalam tahun matinya
raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan
ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. (Yesaya 6:1)
Saya takjub ketika membaca Les Misérables karya Victor Hugo, salah sau novel terbaik sepanjang
masa. Penggambaran watak tokohnya amat detail dan konfliknya begitu memikat.
Pengalaman itu mengajarkan paling tidak dua hal. Pertama, kerendahan hati:
kecil sekali kemungkinannya saya mampu menggarap karya seelok itu. Kedua, meningkatkan
citarasa sastrawi, membuat saya ingin membaca lebih banyak adikarya lainnya.
Yesaya mengalami hal yang jauh lebih hebat dari membaca
novel adikarya: ia memandang kemuliaan Tuhan! Dan pengalaman dahsyat itu
mengubah hidupnya secara radikal. Menyaksikan kemuliaan Tuhan yang Mahakudus,
segera ia tersadar akan kenajisannya sebagai makhluk berdosa (ay. 5).
Syukurlah, kemuliaan Tuhan itu sekaligus menjadi jawaban bagi keberdosaannya:
perjumpaan ilahi itu menyucikan dirinya
(ay. 6-7). Berbekal pengudusan dan kerendahan hati, Yesaya pun siap menjadi
utusan Tuhan (ay. 8), menjalankan amanat-Nya (ay. 9-13).
Bagaimana kita melawan dosa? Cobalah membaca satu atau
beberapa ayat yang memaparkan kemuliaan Tuhan. Hapalkanlah. Renungkanlah.
Percayailah kebenarannya. Biarlah firman itu memenuhi pikiran dan hati kita.
Mintalah pertolongan Roh Kudus untuk mengingatnya kembali di tengah kesibukan
sehari-hari dan memunculkan ide untuk penerapannya. Firman itu tak ayal akan
meningkatkan citarasa rohani kita, menguatkan kita untuk menepiskan tipu daya
dosa, dan membuat kita lebih merindukan kemuliaan Tuhan daripada kesenangan
duniawi, siap menjadi utusan-Nya.
PERJUMPAAN DENGAN
KEMULIAAN TUHAN
MELEMAHKAN DAYA PIKAT
DOSA DALAM HIDUP KITA
Comments
Post a Comment