7 Humor Natal yang Bikin Terpingkal-pingkal

Mobil Natal


Seorang kakek memesan mobil mainan sebagai hadiah Natal bagi cucu kesayangannya. Mainan itu ternyata dikirim masih dalam keadaan terpisah, terdiri dari tidak kurang dari 210 keping. Menurut buku petunjuk, mainan itu dapat disusun dengan mudah dalam waktu sekitar satu jam. Nyatanya, si kakek memerlukan tidak kurang dari dua hari untuk menyelesaikannya.

Akhirnya, setelah mobil mainan itu tersusun dengan baik, ia menulis cek, merobeknya menjadi 210 potongan kecil, dan mengirimkannya ke toko mainan tadi.

Kapak dan Pohon Natal


Seorang anak laki-laki kembali meminta ayahnya untuk membelikan pohon Natal. Setiap tahun anak itu selalu meminta, namun ayahnya selalu menjawab, “Papa tidak mau mengeluarkan uang untuk membeli pohon Natal.”

Kali ini anak itu terus merengek. Karena tidak tahan mendengar rengekan anaknya, ia pun pergi ke luar dengan membawa sebilah kapak besar.

Tiga puluh menit kemudian ia kembali dengan membawa sebuah pohon Natal yang sangat besar.

“Bagaimana Papa bisa menebangnya cepat sekali?” tanya anaknya.

“Papa tidak menebangnya,” jawab ayahnya. “Papa mendapatkannya di tempat penjualan pohon Natal.”

“Lalu, mengapa Papa membawa kapak?”

Karena Papa tidak mau mengeluarkan uang.”
 
Cincin Natal

Seorang pria membelikan istrinya cincin permata yang sangat indah untuk hadiah Natal.

Setelah mendengar tentang hadiah yang sangat hebat ini, seorang temannya berkata, “Lho, bukannya dia menginginkan sedan sportif model terbaru itu?”

“Memang,” jawab pria itu. “Namun, di mana kau bisa membeli sedan palsu?”

Tidak Ada Malaikat


Seorang bocah berumur empat tahun tinggal di rumah neneknya beberapa hari sebelum Natal. Sang nenek membacakannya kisah Natal dan menyatakan betapa bahagia semua orang sewaktu Yesus lahir, sampai-sampai malaikat pun menampakkan diri untuk mengabarkan peristiwa itu kepada semua orang.

Nenek itu lalu mencoba membandingkannya dengan betapa bahagianya mereka semua ketika beberapa minggu sebelumnya adik bocah itu lahir.

“Yah,” sahut bocah itu. “Sayangnya nggak ada malaikat di kota ini!”

Bukan Boneka


Seorang nenek mengajak cucunya yang masih berumur tiga tahun melihat pertunjukan drama Natal. Saat kelahiran Yesus diperagakan di atas panggung, ternyata di palungan ditidurkan seorang bayi, bukannya boneka seperti biasanya.

Bocah itu dengan penuh semangat menarik-narik lengan baju neneknya, dan berkata, “Nek, Nenek, Yesusnya sungguhan!”

Jam Tangan dan Parfum


Seorang gadis kecil sangat bangga akan hadiah Natal yang diterimanya, yaitu jam tangan dan parfum. Untuk pertama kalinya dia mengenakan kedua hal itu. Karena itu, ia pun memastikan agar semua orang mengetahuinya. Ia mendatangi semua kerabatnya dan menempelkan jam tangannya di telinga mereka serta memaksa mereka membaui aroma parfumnya.

Pak Pendeta singgah untuk makan siang. Sebelum ia datang, ibu gadis itu mengingatkan, “Kalau kau menyebut-nyebut jam tangan atau parfum itu sekali saja lagi, Ibu akan mengurungmu di kamar seharian.”

Acara makan siang berlangsung dengan baik, dan si gadis kecil tampaknya berhasil mengendalikan lidahnya. Namun, menjelang hidangan pencuci mulut disajikan, rupanya ia sudah tak tahan untuk memberi tahu pendeta itu tentang jam tangan dan parfumnya. Ia pun berkata, “Pak Pendeta, kalau Bapak mendengar sesuatu atau membaui sesuatu… itu saya!”

Booking Dulu


Drama Natal berlangsung sesuai dengan rencana. Tampak pemeran Yusuf dan Maria pergi dari rumah ke rumah, mengetuk pintu dan bertanya, adakah tempat menginap bagi mereka. Berulang-ulang mereka mendapatkan jawaban tidak.

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar seruan, “Kalian seharusnya booking dulu!”


* Anda juga punya humor Natal? Silakan berbagi di kotak komentar.

Comments

  1. heheh... segar juga pagi2 baca ini. :)

    ReplyDelete
  2. Nice post. Mas, ijin share salah satunya di menara penjaga, ya.

    ReplyDelete
  3. Nice Humor, izin mengunakan salah satu humornya Mas Arie di dalam kotbah menyambut natal 🙏

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Edisi Koleksi Terbatas 50 Tahun Majalah Bobo Cerpen & Dongeng: Benarkah “Terbaik Sepanjang Masa”?

Setengah Hari di Rumah Atsiri