Posts

Showing posts from March, 2012

Sudah Berkenan

Image
Sebagai orang percaya, kita kerap menantikan dengan penuh pengharapan bahwa suatu saat nanti, ketika kita sampai di surga, Bapa akan menyambut kita dengan hangat, "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia." Baru nanti kita bisa memastikan, apakah kehidupan kita benar-benar menyenangkan hati Bapa atau tidak. Untuk saat ini, kita hanya beriman--dan bisa jadi berharap-harap cemas. Ah, tidak sadarkah kita bahwa di dalam Kristus saat ini Bapa sudah menyambut kita? Saat ini, setiap saat, detik demi detik, Bapa merengkuh kita dengan sikap penuh penerimaan, "Engkaulah anak-Ku yang Kukasihi, kepadamulah Aku berkenan"? Mengapa? Pertama, karena Bapa mengasihi kita bukan karena apa yang kita lakukan, melainkan karena Dia adalah kasih. "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita." Kedua, karena Bapa mengasihi kita sebaga...

Pengakuan, Pertobatan, Pengampunan

Image
Pengakuan dosa berulang-ulang? PERLU. Pertobatan berulang-ulang? PERLU. Pengampunan dosa berulang-ulang? Pengudusan berulang-ulang? Pendamaian berulang-ulang? TIDAK PERLU. Allah mengampuni dosa kita, menguduskan kita, dan mendamaikan kita dengan diri-Nya satu kali untuk selama-lamanya melalui pencurahan darah Yesus Kristus pada saat kematian-Nya di kayu salib. Kita menerima pengampunan dosa, pengudusan, dan pendamaian itu bukan melalui pengakuan dosa dan pertobatan kita, melainkan dengan percaya pada penebusan Yesus Kristus tersebut. Setelah kita menjadi orang percaya, kita masih dapat berbuat dosa. Untuk itulah, jika kita berbuat dosa, kita sebaiknya dengan jujur dan terbuka mengakui dosa kita di hadapan Allah dan atau sesama, dan sedapat mungkin memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat dosa kita tersebut. Namun, kita mengakui dosa bukan agar diampuni kembali, bukan agar dikuduskan kembali, bukan agar diperdamaikan kembali dengan Allah. Kita mengakui dosa tid...

Memaparkan Realitas pada Anak-anak

Image
Film-film yang direkomendasikan untuk “segala umur” biasanya ditandai oleh apa yang tidak terkandung di dalamnya: tidak ada kata-kata kasar, tidak ada kekerasan, dan tidak ada seks. Sampai di situ masih cukup dimaklumi. Yang cukup disayangkan, film-film semacam itu juga cenderung dibesut kurang serius. Kisahnya mudah ditebak, pesannya menggurui, dan secara teknis serba tanggung. Akibatnya, orang dewasa, yang semestinya mendampingi anak-anak, kurang berselera untuk menontonnya. Lassie (2006) tergolong berhasil mengelakkan jebakan tersebut. Kritisi memujinya secara antusias. Sebagian menyandingkannya dengan film keluarga klasik lainnya, seperti The Secret Garden, A Little Princess, The Black Stallion, Duma dan Holes. Lassie sendiri diangkat dari novel Eric Wright Lassie Come Home (1940), yang sudah diadaptasi menjadi film berjudul sama pada 1943. Sejak itu anjing jenis Rough Collie ini pun malang melintang di layar perak dan sejumlah serial televisi, sampai versi paling muktahir ya...