Relung Renung: Siapakah Sesamaku?
Baca: Lukas 10:25-37
Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. (Lukas 10:33)
Perumpamaan tentang orang Samaria digunakan Yesus untuk menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat tentang sesama manusia. Uniknya, Yesus membandingkan sikap imam dan orang Lewi dengan sikap orang Samaria.
Imam dan orang Lewi adalah kaum pemuka agama, orang yang sangat menjaga kesucian. Mereka menghindari korban perampokan itu bisa jadi karena menganggapnya sudah mati, dan menyentuh mayat akan menajiskan mereka (lihat Im. 21:11).
Orang Samaria, sebaliknya, memiliki reputasi amat rendah di mata bangsa Israel. Leluhur mereka orang Israel yang kawin campur dengan bangsa asing, dan menegakkan tata peribadahan tersendiri. Begitu besar dendam itu sampai istilah “orang Samaria” digunakan untuk menyebut orang yang kerasukan setan (lihat Yoh. 8:48). Dan, orang inilah yang menolong si korban. Tanpa banyak pertimbangan. Ia rela direpotkan dan terganggu jadwalnya. Ia menempuh risiko ikut diserang para penyamun. Ia bersedia pula menanggung biaya perawatan. Dan, jika si korban orang Yahudi, ia malah akan dicemooh tetangganya karena menolong musuh. Betapa mahal harga kebaikannya!
Martin Luther King Jr. mengomentari perumpaan itu, “Pertanyaan imam dan orang Lewi itu adalah: ‘Jika aku berhenti dan menolong orang ini, apa yang akan terjadi padaku?’ Orang Samaria yang baik itu membalikkan pertanyaan itu: ‘Jika aku tidak berhenti untuk menolong orang ini, apa yang akan terjadi padanya?’”
Bagaimana dengan kita? Bagaimana kita memperlakukan orang-orang di sekitar kita?
Relung Renung:
Kasih tidak akan membiarkan orang tergeletak di tepi jalan,
tetapi akan memanggul, merawat, dan memulihkannya.
Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. (Lukas 10:33)
Perumpamaan tentang orang Samaria digunakan Yesus untuk menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat tentang sesama manusia. Uniknya, Yesus membandingkan sikap imam dan orang Lewi dengan sikap orang Samaria.
Imam dan orang Lewi adalah kaum pemuka agama, orang yang sangat menjaga kesucian. Mereka menghindari korban perampokan itu bisa jadi karena menganggapnya sudah mati, dan menyentuh mayat akan menajiskan mereka (lihat Im. 21:11).
Orang Samaria, sebaliknya, memiliki reputasi amat rendah di mata bangsa Israel. Leluhur mereka orang Israel yang kawin campur dengan bangsa asing, dan menegakkan tata peribadahan tersendiri. Begitu besar dendam itu sampai istilah “orang Samaria” digunakan untuk menyebut orang yang kerasukan setan (lihat Yoh. 8:48). Dan, orang inilah yang menolong si korban. Tanpa banyak pertimbangan. Ia rela direpotkan dan terganggu jadwalnya. Ia menempuh risiko ikut diserang para penyamun. Ia bersedia pula menanggung biaya perawatan. Dan, jika si korban orang Yahudi, ia malah akan dicemooh tetangganya karena menolong musuh. Betapa mahal harga kebaikannya!
Martin Luther King Jr. mengomentari perumpaan itu, “Pertanyaan imam dan orang Lewi itu adalah: ‘Jika aku berhenti dan menolong orang ini, apa yang akan terjadi padaku?’ Orang Samaria yang baik itu membalikkan pertanyaan itu: ‘Jika aku tidak berhenti untuk menolong orang ini, apa yang akan terjadi padanya?’”
Bagaimana dengan kita? Bagaimana kita memperlakukan orang-orang di sekitar kita?
Relung Renung:
Kasih tidak akan membiarkan orang tergeletak di tepi jalan,
tetapi akan memanggul, merawat, dan memulihkannya.
Comments
Post a Comment