Mengandalkan Bapa
Bacaan Alkitab: Lukas 22:39-46
Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi. (Lukas 22:42)
Pesan film Mel Gibson, The Passion of the Christ, menurut saya, telah terangkum secara padat dalam adegan awal di Taman Getsemani. Adegan ini mirip dengan pencobaan di padang gurun. Bedanya, di padang gurun Yesus setiap kali menangkis pencobaan Iblis secara frontal dan telak. Di Getsemani, sebaliknya, Yesus seolah-olah tidak mengacuhkan kehadiran Iblis, yang dengan suara mendesis melontarkan pernyataan-pernyataan yang mempertanyakan tujuan kesengsaraan Yesus.
Yesus terus memusatkan perhatian dan doa-Nya kepada Bapa. Begitu Ia bangkit berdiri setelah berdoa, Ia pun meremukkan kepala ular—menggenapi nubuatan dalam Kejadian 3:15. Sebelum melangkah menuju salib, Yesus telah memenangkan peperangan. Dan Ia menghadapi rangkaian pengadilan penuh fitnah, penyiksaan dan penyaliban dengan sikap yang tak berubah: terus mengarahkan pandangan kepada Bapa.
Sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi kita dalam menghadapi penderitaan hidup. Berapa sering perhatian kita lebih terpaku pada persoalan yang menimpa kita? Berapa sering kita berusaha keras menangkal pencobaan Iblis dengan kekuatan kita sendiri, mengandalkan “iman kita”? Dan kita mendapati jerih payah kita tidak efektif.
Iman yang sejati tidak mengandalkan diri sendiri, melainkan bersandar sepenuhnya kepada anugerah Allah. Sewaktu kita diperhadapkan dengan masalah hidup, ingatlah bahwa kita memiliki Tuhan dan Juruselamat yang telah menyelesaikan peperangan dan merebut kemenangan bagi kita.
Relung Renung:
Anugerah Allah memadai untuk menghadapi segala tantangan.
* Renungan di atas bersumber dari Fresh Every Morning (Kumpulan Renungan Setahun), yang dapat dipesan secara online di Buku Rohani.
* Renungan di atas bersumber dari Fresh Every Morning (Kumpulan Renungan Setahun), yang dapat dipesan secara online di Buku Rohani.
Comments
Post a Comment