Sajak Kolam Renang
aku dan kolam renang
sebuah dunia bawah air
mereka berbicara bergelembung
membisikkan rahasia-rahasia
mata-mata kosong
pilar-pilar menuju entah
aku megap-megap
terus meluncur dan berkecipak
riak kembali kepada riak
langkah-langkah bergegas
duduk-duduk asyik dalam sunyi sendiri-sendiri
huruf kanji, huruf latin, poster-poster makanan
elevator berdengung turun
aku ingin menegok ruang bawah itu
menjauh dari sengatan matahari
mungkin singgah bikin tattoo
"kembalilah pada-Ku"
mimpi yang berlipat-lipat
tembang Beyonce menggeliat
aku ingin tamasya berkeliling-keliling kota
sambil mengudap emping mlinjo
tak rampung-rampung membaca
Pertanyaan-Pertanyaan Einstein
megap-megap tapi mesti bisa
minimal 8 x 25 meter (lebar kolam)
OST: Moana dan campursari
dunia atas dan dunia bawah bertemu
di bibir kolam ini
aku bertemu orang Cina, orang India,
orang Meksiko, imigran gelap di Eropa,
seorang teman SD meminta pertemanan di Fb
lintas geografi, lintas budaya, lintas bahasa,
lintas cinta, selaksa mantra, sejuta dewa
begitulah dewa tak mati-mati
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
unfriend satu tumbuh seribu
tinggal suatu keraguan:
mungkinkah Kali Code kehilangan lampor?
Merapi mengepul, kopi jos mengepul
antara gaya bebas dan gaya katak
menghindari khotbah-khotbah boyak:
apakah puisi indah menghindari
kosa kata kebun binatang dan isi toilet?
malaikat-malaikat cacat menghamburkan
ayat-ayat cemas ke langit kota
dan kita berlindung di ruang-ruang ber-AC
di dinding tergambar jemari Thomas
mencucuk lubang di lambung Yesus
di luar matahari kian garang
waktunya mentas dan bilas
pipis di bawah kucur pancuran deras
Yogya, 2017
Foto: Lio Bijumes Frand |
Comments
Post a Comment