Apakah Kita Mendengarkan Injil?



Apakah pesan yang kita bawa sepulang dari kebaktian Minggu atau dari kelas pendalaman Alkitab atau setelah membaca suatu buku rohani? 5 langkah agar doa kita semakin efektif? 11 poin tentang menjaga keperawanan... eh, kesucian hidup? 6 prinsip kemakmuran? 4 pendekatan untuk memberitakan Injil? 8 petunjuk untuk mengatasi kepahitan? Jika beritanya berfokus pada APA YANG HARUS KITA LAKUKAN, tampaknya kita belum mendengarkan Injil.

Injil berfokus pada APA YANG SUDAH ALLAH LAKUKAN DI DALAM KRISTUS. Injil menyoroti karya penebusan-Nya yang sudah selesai, sempurna, satu kali untuk selama-lamanya. Injil mengingatkan kita akan kebaikan-Nya yang tak tepermanai dan tak berkesudahan. Injil menghangatkan hati kita dengan peneguhan akan kasih-Nya yang satu arah: tanpa syarat, tanpa pamrih, tanpa tuntutan, tanpa ancaman.

Jika kita mendengarkan Injil berulang-ulang, kita pun “bertumbuh dalam anugerah dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”. Injil mengajari kita untuk “hidup tetap di dalam Dia... berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia... bertambah teguh dalam iman” sehingga hati kita melimpah dengan syukur. Injil menyadarkan kita bahwa kita ini “buatan Allah”, bukan hasil usaha dan kerja keras kita sendiri. Injil akan mengingatkan bahwa “buah Roh” itu hasil pekerjaan Roh Kudus di dalam dan melalui hidup kita, bukan hasil jerih payah dan ketekunan kita sendiri.

Injil mengundang kita: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Siapa saja yang tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”

Apakah kita mendengarkan Injil hari ini?

Comments

Popular posts from this blog

7 Humor Natal yang Bikin Terpingkal-pingkal

120+ Penyanyi Indonesia 80-an: Sebuah Kurasi Memori

Bukan a piece of conversation, tapi a piece of confusion