Nostalgia yang Restoratif



Jalan Lain ke Tulehu: Sepakbola dan Ingatan yang Mengejar
(Zen RS, Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2014, 300 h.)

Novel pertama yang selesai kubaca tahun ini. Kubeli 5 tahunan lalu karena menyukai "Beta Maluku: Cahaya dari Timur". Kukira buku ini sekadar novelisasi skenario filmnya. Ternyata bukan. Ia menawarkan cerita pendamping yang memperkaya pemahamanku akan konflik Maluku.

Mungkin semula aku kurang tertarik karena novel ini berlatar dunia sepakbola. Aku tidak bisa main bola dan otomatis bukan penggemar bola. Waktu kecil sempat senang ikut ramai-ramai mbludhus nonton pertandingan di lapangan kampung, tetapi aku tidak pernah berminat nonton pertandingan bola di televisi. Yang kusukai adalah membaca berita atau artikel tentang bola, di tabloid Bola atau tulisan Sindhunata. Kukira aku lebih menyukai tulisan yang bagus daripada pertandingan yang bagus.

Dan, novel ini menawarkan itu. Berkisah tentang Gentur, seorang stringer yang terjebak di tengah konflik Maluku, dan di bagian awal sudah nyaris mati gara-gara salah naik kapal. Gentur juga dikejar akan ingatan pahit seputar kerusuhan Mei 1988, sedangkan sepakbola menjadi latar dan metafora yang bertenaga. Sejarah Tulehu dari masa ke masa diriwayatkan secara memikat.

Zen terampil melukiskan detail adegan, suasana dan keadaan yang melingkupi tokohnya. Permainan bola dipaparkannya dengan menawan sehingga orang awam sepertiku bisa ikut tersedot menikmatinya. Namun, tak kalah mahir ia menguraikan pergumulan batin tokohnya. Perhatikan bagaimana ia membesut isu kepura-puraan di antara empat tokoh (tiga orang tengah berinteraksi, satu orang lagi muncul dalam ingatan). Yang terutama pula, ia berhasil menyajikan perspektif kedua belah pihak dalam konflik ini, tidak menuding tetapi menyingkapkan kompleksitas persoalan, tidak hitam-putih.

Novel ini mengajukan pertanyaan penting, "Jika Tulehu punya kemampuan menghadirkan nostalgia dalam bentuknya yang restoratif, bisakah itu juga terjadi pada diriku?" (h. 146). Pertanyaan ini bisa digemakan lebih luas: Bisakah bangsa ini, alih-alih mengubur dan menutup mata atas konflik masa lalu, secara serius melakukan kerja pemulihan? Menuangkannya dalam novel (atau karya seni lain) bisa dimasukkan sebagai salah satu upaya restorasi itu.

Bagi peminat sastra, judul novel ini jelas mengingatkan pada kumpulan prosa Idrus itu, Dari Ave Maria Sampai Jalan Lain ke Roma. Dan, memang buku tersebut, dan khususnya lagi lagu Ave Maria, memainkan peran penting dalam jelujuran kisah Gentur.

Ini novel yang bagus dan penting. Tak kalah bagus dari novel pemenang sayembara DKJ yang memang bagus, dan lebih bagus dari novel pemenang yang ternyata kurang bagus.

Comments

Popular posts from this blog

7 Humor Natal yang Bikin Terpingkal-pingkal

Edisi Koleksi Terbatas 50 Tahun Majalah Bobo Cerpen & Dongeng: Benarkah “Terbaik Sepanjang Masa”?

Setengah Hari di Rumah Atsiri