4 Lagu Natal Populer: Kisah-Kisah di Baliknya

Foto:



Silent Night. Kabar buruk itu muncul menjelang malam Natal 1818. Joseph Mohr, seorang pendeta Austria, diberi tahu bahwa organ di gerejanya rusak, dan perbaikannya memakan waktu lama sehingga organ itu tidak akan dapat dipakai untuk mengiringi ibadah malam Natal. Ia kebingungan. Natal tanpa iringan musik? Ia pun duduk menggubah lagu yang dapat dinyanyikan oleh paduan suara dengan iringan gitar. Ia menulis tiga bait yang bersahaja, namun dengan melodi yang kuat. Malam itu jemaat di gereja kecil itu menyanyikan “Still Nacht” (Malam Sunyi) untuk pertama kalinya. Karena organ yang rusak, kita mewarisi lagu Natal yang populer sepanjang masa.

Joy to the World. Sebagai salah satu kidung Natal yang penuh sukacita, Joy to the World tidak menyebut-nyebut para gembala, nyanyian malaikat dan orang Majus. Fokusnya pada sukacita umat manusia karena kedatangan Kristus. Lagu ini merupakan parafrase bagian akhir Mazmur 88.

Meskipun semula merupakan lagu tentang perlindungan Yahwe atas umat pilihan-Nya dan penantian saat pemerintahan-Nya sebagai Raja atas seluruh bumi, Watts menggubahnya menjadi pujian Perjanjian Baru. Lagu ini memaparkan keselamatan yang dimulai sewaktu Allah menjelma menjadi Bayi di Betlehem, yang ditetapkan untuk menyingkirkan kutuk akibat kejatuhan Adam.

Liriknya berjudul The Messiah's Coming and Kingdom (Kedatangan dan Kerajaan Sang Mesias) ketika dimuat dalam buku himne tahun 1719 oleh Isaac Watts. Musiknya digarap oleh Lowell Mason, musisi gereja Amerika, dengan menggunakan beberapa bagian oratorio termashyur George Frederick Handel, The Messiah, yang dimainkan pertama kali tahun 1742. Dari gabungan talenta sastrawan jenius Inggris abad ke-18, musisi besar kelahiran Jerman abad yang sama, serta pemimpin paduan suara dan pendidik dari Amerika abad ke-19, lahirlah salah satu himne besar dalam sejarah musik gereja.

O Little Town of Bethlehem. Phillips Brooks, pendeta Holy Trinity Church di Philadelphia, AS, pada 1865 melakukan perjalanan ke Tanah Suci—mengunjungi Betlehem pada Malam Natal dengan mengendarai kuda. Ketika mempersiapkan diri untuk kebaktian Natal 1868, ia teringat akan perjalanannya itu dan menulis 5 bait puisi yang kita kenal sebagai O Little Town of Bethlehem. Ketika menulisnya, ia secara khusus teringat pada anak-anak kecil di gerejanya. Setelah menyelesaikan puisi itu, ia menyerahkannya kepada Lewis Redner, organis dan pengawas Sekolah Minggu gerejanya, memintanya menggubah musiknya. Pada 27 Desember 1868, tiga puluh enam anak menyanyikan lagu itu untuk pertama kalinya.

O Come All Ye Faithful. Himne ini sangat terkenal, namun tidak ada yang mengetahui penulis lirik aslinya yang berbahasa Latin. Kebanyakan orang mengira lagu ini gubahan John Francis Wade (1711-1786), "yang hidup dari menyalin dan menjual kantata dan musik lainnya. Ia hidup di Douai, Prancis, yang ditinggali sebuah koloni besar orang Katolik Inggris di seputar kampus terkenal. Wade membuat semua salinan naskah yang dikenal selama 1746-1760. Entah kata-kata itu karyanya sendiri atau ia menyalin dari sumber yang telah hilang tidak diketahui; tidak dikenal pula siapa penggubah nada lagu itu. Kita hanya dapat menyimpulkan bahwa himne dan nada lagu ini muncul bersama-sama, dalam kebaktian Gereja Katolik Roma, sepanjang paruh pertama abad ke-18.” Lagu ini akhirnya tersebar luas dan digemari pula oleh kalangan Protestan. ***

Comments

Popular posts from this blog

7 Humor Natal yang Bikin Terpingkal-pingkal

120+ Penyanyi Indonesia 80-an: Sebuah Kurasi Memori

Bukan a piece of conversation, tapi a piece of confusion