Bung Karno Minta Maaf
Bacaan: Lukas 22:24-30
Tetapi kamu tidaklah
demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang
paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. (Lukas 22:26)
Ini kisah Maulwi Saelan, salah satu mantan ajudan Bung Karno
(BK). Suatu hari ia berbantah-bantahan dengan BK. "Kalau marah, mata Bung
Karno merah. Ia langsung masuk kamar," katanya. Tak lama kemudian BK keluar
kamar dan memanggil Maulwi. "Komm je
hier maar (Kemarilah kamu)," kata BK. "Mampus, saya pasti
dipecat," pikir Maulwi. Apa yang terjadi? "Kamu benar, maafkan
saya," kata BK meminta maaf pada Maulwi.
Mengakui kesalahan dan meminta maaf bukanlah perkara yang
mudah untuk dilakukan, terlebih jika yang bersalah itu seorang pemimpin.
Seperti para murid Yesus, kebanyakan kita mengaitkan kepemimpinan dengan
kedudukan terhormat, kekuasaan besar, dan kekebalan terhadap kesalahan.
“Peraturan pertama: Bos tidak pernah salah. Peraturan kedua: Jika bos salah,
lihat peraturan pertama,” kata sebuah guyon.
Yesus menjungkirbalikkan pandangan itu. Dia menakar
kebesaran seorang pemimpin menurut kerendahan hati dan kesediaannya untuk
melayani. Orang yang rendah hati tidak akan bersikap membenarkan diri. Ia
menyadari dirinya toh masih manusia yang mungkin saja khilaf. Ia akan menjalankan
tanggung jawab kepemimpinannya dengan mengandalkan bimbingan Tuhan dan tidak
menutup diri terhadap masukan dan koreksi dari sesama. Kesediaan untuk meminta
maaf ketika melakukan kesalahan, dengan demikian, menandakan kebesaran hati si
pemimpin.
Dalam taraf tertentu, kepada kita masing-masing dipercayakan
kepemimpinan. Apakah kita pemimpin yang rendah hati dan mau melayani? ***
JIWA YANG KERDIL
MELEMPARKAN KESALAHAN PADA ORANG LAIN,
JIWA YANG BESAR
MENGAKUI KESALAHAN DAN MEMINTA MAAF
Comments
Post a Comment