12 Film Hollywood Bersuasana Natal: Dari Makna Hidup Sampai Sinterklas Asli
Setiap tahun Hollywood selalu saja merilis
film-film Natal atau berlatar Natal. Namun, kalau Anda mengharapkan film-film
itu memaparkan atau mengacu pada kisah kelahiran Kristus, Anda hanya akan
kecewa. Hollywood lebih memilih kisah-kisah yang memiliki daya tarik
"universal" (baca: lebih bisa diterima oleh berbagai kalangan).
Alhasil, sosok yang diasosiasikan dengan Natal pun bukan lagi Bayi dari
Bethlehem, melainkan Sinterklas dari Kutub Utara.
Toh,
di tengah ilalang film-film Natal tanpa Kristus itu kita masih dapat menemukan
beberapa butir gandum yang berharga. Berikut ini 12 film Hollywood yang bisa
menyemarakkan, dan semoga menambah nilai, perayaan Natal Anda. (Dinikmati di
luar masa Natal pun tak masalah!)
It's a Wonderful Life (Frank Capra, 1946). Sebuah film klasik, dan film Natal
terbaik. Ini sekaligus film Natal paling religius meski tanpa referensi
spesifik terhadap Kekristenan.
George
Bailey terpaksa melupakan impian masa mudanya dan tetap tinggal di Bedford Fall
untuk melanjutkan usahanya ayahnya, membangun rumah murah bagi
keluarga-keluarga kurang mampu. Suatu saat menjelang Natal, perusahaannya
terancam bangkrut. Frustasi, ia nyaris memberi hadiah Natal yang muram bagi
keluarganya: bunuh diri. Datanglah seorang malaikat membatalkan niatnya, dan
memberinya sebuah kesempatan langka: Melihat keadaan kotanya seandainya ia
tidak pernah dilahirkan.
George
pun tersadarkan bahwa kehidupannya ternyata telah menyentuh sekian banyak
orang. Kesadaran akan makna hidup seperti ini tentunya tidak akan
"bunyi" dalam dunia yang tidak mengakui keberadaan Sang Khalik, yang
menciptakan dan menetapkan tujuan hidup kita.
A Christmas Story (Bob Clark, 1983). Kata kunci film ini adalah: Nostalgia.
Seorang anak kecil, Ralphie, sangat menginginkan pistol-pistolan Daisy Red
Ryder 200 untuk hadiah Natalnya. Kisah ini berlatar kehidupan di kota Indiana,
AS, pada 1940-an. Kegigihan Ralphie – dengan cara-cara khas anak kecil – untuk
mendapatkan hadiah itu menimbulkan berbagai kejadian menggelikan. Dan sang
ayah, meski kelihatannya berjarak dan galak, nyatanya mengendus apa yang paling
diinginkan anaknya.
A
Christmas Story sangat populer di Amerika. Pada Natal
2003, misalnya, saluran kabel TNT memutarnya tujuh kali berturut-turut dari
pukul 05.00! Menontonnya, Anda bisa membandingkannya dengan pernik-pernik
suasana Natal tempo doeloe di tengah keluarga Anda sendiri.
Mickey's Christmas Carol (Burny Mattison, 1983). Animasi 25 menit ini menandai
penampilan kembali Mickey Mouse setelah "menghilang" selama 30 tahun.
Ia menjadi Bob Cratchit dalam kisah yang diadaptasi dari novel Charles Dickens.
Kisah
agak muram ini menjadi riang saat dibawakan oleh tokoh-tokoh Disney. Selain
Miki, ada Paman Gober sebagai Ebenezer Scrooge (nama Gober dalam bahasa Inggris
adalah Scrooge!), Gufi sebagai hantu Marley, Donal sebagai Fred, dst. Setelah
mengalami pertemuan dengan tiga hantu Natal, Scrooge mengalami perubahan dari
kikir menjadi dermawan. Asyik untuk ditonton bersama anak-anak kecil.
Miracle on 34th Street (Les Mayfield, 1994). Film ini adalah pembuatan ulang film
berjudul sama produksi 1947. Miracle membelitkan dua pesan. Yang pertama
adalah anti-komersialisme. Kriss Kringle, Sinterklas di swalayan Cole, memilih
mengutamakan kepentingan anak-anak ketimbang laba bagi perusahaan. Ia bersikap
jujur pada mereka, sekalipun itu berarti menyuruh mereka membeli mainan di toko
lain, yang menjualnya dengan harga lebih murah. Ternyata pendekatan ini justru
meningkatkan citra Cole di mata pelanggan.
Pesan
kedua adalah pertarungan antara iman dan skeptisme. Semula isu ini hanya tampil
dalam tataran pribadi, lewat sosok ibu tunggal yang membesarkan putrinya secara
"lurus": tidak mempercayai mitos apa pun, termasuk Sinterklas. Isu
ini lalu diangkat ke tataran massal ketika pada babak ketiga plot menikung
tajam dengan membawa Kriss Kringle ke pengadilan. Kriss, yang mengaku dirinya
Sinterklas asli, harus membuktikan bahwa dirinya tidak gila. Sinterklas di sini
adalah simbol fenomena supranatural seperti mukjizat dan bahkan – ya,
keberadaan Tuhan. Ada hal-hal yang tidak bisa diterangkan dengan logika dingin
penalaran manusia, namun hanya bisa dipercayai dengan iman.
Isu
serupa juga muncul dalam film fiksi ilmiah Contact (Robert Zemeckis,
1997). Ellie Arroway, tokoh utamanya, mesti membuktikan telah melakukan
perjalanan antargalaksi, namun tak seserpih pun tanda dapat ditunjukkannya. Contact
memilih pendekatan plot terbuka. Sebaliknya, Miracle, meski dalam
besutan komedi, melontarkan jawaban yang tegas dan telak.
Menarik,
terlebih kalau kita mengingat bahwa peristiwa Natal itu sendiri adalah sebuah
Mukjizat Agung.
***
Selain film-film Natal seperti di atas,
ada pula film-film yang menggunakan Natal sebagai latar, seperti Lethal
Weapon (Richard Donner, 1987), Die Hard (John McTiernan, 1988) dan Home
Alone (Chris Columbus, 1990) serta sekuelnya.
Dalam
beberapa film, penggunaan latar Natal ini cukup signifikan. Stalag 17
(Billy Wilder, 1953) menuturkan upaya para tawanan perang untuk tetap
memelihara moril, digarap dengan sentuhan humor yang memikat. Perayaan Natal
menyimbolkan sukacita dan pengharapan yang menyembul di tengah kepengapan kamp
penjara.
Dalam
Catch Me If You Can (Steven Spielberg, 2002), Natal melatari titik balik
dalam diri Frank Abagnale Jr., si "anak hilang" yang menemukan figur
ayah dalam diri polisi yang mengejarnya.Radio (Mike Tollin, 2003),
sebuah film yang diangkat dari kisah nyata, juga menampilkan serangkaian adegan
Natal menyentuh.
Vinyet
ketiga Meet Me in St. Louis (Vincente Minnelli, 1944) secara khusus
memotret suasana musim dingin, yang berpuncak pada perayaan Natal. Judy Garland
menembangkan Have Yourself a Merry Little Christmas di dekat jendela dan
'Tootie' menumpahkan rasa frustasi atas keputusan sang ayah untuk pindah dari
St. Louis dengan menghantami patung-patung salju di halaman. Dan, siapa bisa
melupakan Natal-Natal dalam Little Women (Gillian Armstrong, 1994),
khususnya saat Beth mendapatkan hadiah piano? ***
Alternatif:
Millions (Danny Boyle, 2004)
Children of Men (Alfonso CuarĂ³n, 2006)
Polar Express (Robert Zemeckis, 2004)
A Christmas Carol (Robert Zemeckis, 2009)
Elf (Jon Favreau, 2003)
Dan silakan tambahkan daftar Anda di bagian komentar
Mas, kalau di Narnia 1 kan muncul juga sinterklas, apa juga bisa disebut natal :)
ReplyDeleteeh iya ya... the first christmas in narnia!
ReplyDeletebos... ada koleksinnya gak tuh semua,,, pinjam.... hahahah
ReplyDeletehehe, ikutan nonton di CMC bos... http://www.facebook.com/groups/codemovieclub/
ReplyDeleteiyo bos Arie.., akan diusahakan hehehehe
ReplyDelete