Ini bukan kisah cinta; ini kisah Cinta
Pertama kulihat labelnya... Teenlit... ha ha ha... asyem! Ini bacaan para ababil, pikirku Lalu, ada satu kalimat aneh di sampul belakangnya, Ini bukan kisah cinta; ini kisah Cinta. Walahhhh... apalagi ini?? Bukannya kisah cinta yang biasa di teenlit itu pasti soal... anak ababil, cantik-tampan, galau, sakit parah mau mati, imajinasi liar, dan sejenisnya... emangnya kisah Cinta macam apa yang bisa ditawarkan sebuah buku seperti ini. Aku membacanya dan mulai cengar cengir sendiri waktu mendapati berbagai kosakata jawa di buku ini: ndesit, rewang, kere munggah bale, rudapeksa, ketiban sampur, tumbu entuk tutup... dan banyak lagi... heeeeee... Jalan cerita tentang seorang anak desa yang galau setelah lulus SMA, mencoba mencari pengalaman, terkena kemalangan, ditolong orang, ... ah... cerita yang wajar... biasa wae. Eitsss! Tunggu! Aku menemukan sebuah lagu kepasrahan yang dinyanyikan oleh Bu Mujiyo yang Siwi, anaknya pergi dari rumah Neng gunung wah neng ngare Gusti Allah ana Nyanga ngendi...