Posts

Anatomy of a Javanese

Termangu-mangu di jalan: Terayun-ayun antara nrima ing pandum dan ora edan ora keduman. Ketika dipangku, mati. Ketika dihina, menahan diri mesem sambil mendesis: Titenana. Mengutamakan harmoni, guyub rukun memayu hayuning bawana. Namun, ketika daya tahan jebol, menggeram menerjang mengamuk menerkam. Menggulung lawan. Ketika Petruk duduk di takhta istana tidak serta-merta ia adalah Ratu. Lakone bubar. Keraton terguncang gara-gara tak tentu arah entah kapan tancep kayonnya. Takhta untuk rakyat belum sungguh sempat dinikmati begitu lekas berbalik kembali : rakyat untuk Takhta. Swarga belum tentu nunut. Neraka sudah pasti katut. Hana caraka. Nata bata tiba sanga. Bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap. O, Jagad Dewa Batara!

Bukan a piece of conversation, tapi a piece of confusion

Image
Joko Anwar's Nightmares and Daydreams (Joko Anwar, 2014) Baru nonton 2 episode awal dari 7 episode series ini, Old House dan The Orphan. Tapi rasanya sudah cukup. Tak berminat melanjutkan. Dua episode infantil: dongeng untuk orang dewasa, tapi digarap dengan penceritaan kekanak-kanakan. Dialognya di satu sisi terlalu sederhana--terlalu menyederhanakan masalah; di sisi lain terlalu menjelas-jelaskan (penyakit ini muncul mencolok juga di Perempuan Tanah Jahanam). Dua episode ini makin menegaskan signature Jokan: bagian awal menjanjikan, bagian tengah meleyot, klimaks sempoyongan. Film atau series luar (Amrik), kerap disusul penjelasan (ending explained, misalnya) di sejumlah situs, ditulis oleh pengulas profesional. Karya Jokan biasa disusul lontaran berbagai teori liar para penggemar di medsos, bukan penjelasan telaten pengulas profesional. Subteks: Industri perfilman kita belum mampu untuk menghidupi pengamat film untuk jadi pengulas profesional. Sutradara dan awak film biasanya cu

120+ Penyanyi Indonesia 80-an: Sebuah Kurasi Memori

Image
  Daftar terdahulu, 80 lagu 80-an , tersusun secepat ingat, sedangkan daftar penyanyi ini perlu menguras usaha lebih ketat (tapi tenang, tidak menguras keuangan negara kok seperti kurasi sastra; cukup menguras gudang memori pribadi saja).   Tadinya, seperti daftar lagu, akan saya batasi 80 penyanyi, tetapi akhirnya saya biarkan terus bertambah mengingat niatnya rada beda: mencatat daya jelajah musikal saya, mengingat mana saja penyanyi yang mendampingi perjalanan hidup saya dari akhir SD sampai awal kuliah (1980-1989), dan sedikit banyak memperlihatkan keragaman lintas genre blantika musik kita.   Batasan yang saya pilih: satu penyanyi satu lagu. Ini meringankan, sekaligus menyulitkan. Meringankan karena tidak perlu sampel banyak-banyak. Menyulitkan, bagaimana memilih hanya satu lagu dari seorang penyanyi, apalagi yang menelurkan banyak hit? Apa kriterianya? Yang terbaik, yang ikonik? Wah, saya tidak punya kapasitas untuk merekomendasikan lagu paling unggul dari tiap penyanyi