Posts

Showing posts from November, 2020

Ini bukan kisah cinta; ini kisah Cinta

Image
Pertama kulihat labelnya... Teenlit... ha ha ha... asyem! Ini bacaan para ababil, pikirku Lalu, ada satu kalimat aneh di sampul belakangnya, Ini bukan kisah cinta; ini kisah Cinta. Walahhhh... apalagi ini?? Bukannya kisah cinta yang biasa di teenlit itu pasti soal... anak ababil, cantik-tampan, galau, sakit parah mau mati, imajinasi liar, dan sejenisnya... emangnya kisah Cinta macam apa yang bisa ditawarkan sebuah buku seperti ini. Aku membacanya dan mulai cengar cengir sendiri waktu mendapati berbagai kosakata jawa di buku ini: ndesit, rewang, kere munggah bale, rudapeksa, ketiban sampur, tumbu entuk tutup... dan banyak lagi... heeeeee... Jalan cerita tentang seorang anak desa yang galau setelah lulus SMA, mencoba mencari pengalaman, terkena kemalangan, ditolong orang, ... ah... cerita yang wajar... biasa wae. Eitsss! Tunggu! Aku menemukan sebuah lagu kepasrahan yang dinyanyikan oleh Bu Mujiyo yang Siwi, anaknya pergi dari rumah Neng gunung wah neng ngare Gusti Allah ana Nyanga ngendi

Teladan Kelembutan Hati Sri Melalui Novel Warrior

Image
Diskusi ringan terjadi saat bookaholics -- Atrica Choirun Nisa, Duhita Dwaya Abhirama, Erido Abineri Pravasta, Dhanni Ratnaningtyas, dan Mohammad Erstda Trapsilantya -- membahas novel berjudul Warrior. Novel yang mengemas nuansa era 1980-an ini terbilang unik untuk didiskusikan. Pasalnya, bukan karena pokok cerita yang tidak umum. Tapi, lebih pada pengemasan kisah yang unik. Penulis lihai dalam menyajikan kisah dengan bahasa bilingual, Indonesia dan Jawa. Hal yang tidak biasa ada pada novel berjenis teenlit. “Aku sempat bingung lho mengartikan maksud cerita, yang disampaikan dalam bahasa Jawa,” celetuk Duhita mengawali percakapan. “Kenapa bingung?” tanya yang lain kompak. “Bahasa Jawanya tergolong nggak umum, sih,” jawab Duhita. Yang lain pun mengangguk setuju. Bahasa Jawa memang sangat dekat dengan keseharian. Namun, penuturan beberapa kisah dalam novel Warrior menggunakan bahasa Jawa yang levelnya agak kurang umum. Praktis, beberapa bookaholic kebingungan buat mencerna bahasa yang ku

Impian Monetisasi Kanal Youtube

Image
  Tidak sedikit orang yang kepingin menjadi Youtuber, mendapatkan penghasilan sampingan--kalau tidak malah penghasilan utama--dari mengelola kanal video. Saya pun sempat menginginkannya. Dulu Youtube (YT) menetapkan syarat monetisasi yang relatif ringan. Begitu membuka akun, orang dapat mengajukan permintaan monetisasi, dan relatif mudah disetujui. Perjuangannya tinggal mengumpulkan 100 dolar pertama dari iklan dan view. Tiap terkumpul minimal 100 dolar, YT akan mentransfer penghasilan tersebut ke rekening kita pada bulan bersangkutan. Saya sempat mengikuti program ini, tetapi setelah sekian lama akun saya cuma sukses mendulang 4 dolar. Belakangan YT menetapkan syarat baru untuk monetisasi: minimal 1000 subscriber DAN 4000 jam (240.000 menit!) tayang dalam 365 hari terakhir. Ketika sebuah kanal memenuhi syarat pertama, jangan buru-buru gembira, belum tentu syarat kedua otomatis terpenuhi; begitu juga sebaliknya. Ada kanal yang menarik minat banyak subscriber, tetapi masing-masing video

Teenlit Tidak Harus Tentang Cinta

Image
Hardono Beberapa hari yang lalu saya memesan 2 buah Novel Warrior: Sepatu Untuk Sahabat langsung ke pengarangnya, mas Arie Saptadji, sambil berpesan agar beliau berkenan menandatangani novel tersebut. Satu novel untuk istri tercinta dan satu lagi sebagai hadiah ulang tahun keponakan tersayang, Lintang Prima. Saya memilih novel ini sebagai hadiah ulang tahun Lintang karena temanya yang berbeda dengan kebanyakan teenlit lainnya. Alih-alih membahas tentang cinta remaja, teenlit yang satu ini justru membahas mengenai persahabatan dan perjuangan dalam menghadapi kehidupan. Untuk mengurangi rasa penasaran, novel ini menceritakan kehidupan seorang pelajar bernama Sri yang mendapatkan berkah terpilih mewakili sekolahnya untuk mengikuti lomba baris-berbaris di tingkat kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Alih-alih bahagia, Sri justru merasa sedih dengan ‘berkah’ ini. Sepatu Sri sudah rusak, ibunya hanyalah seorang janda penjual lopis. Dua fakta itulah yang membuat Sri sadar bahwa ia akan sulit me

Warrior: Curhat 80-an Wong Temanggung*

Image
  Oleh: Anindita S. Thayf** Warrior: Sepatu Untuk Sahabat (WSUS) adalah salah satu novel remaja Arie Saptaji yang begitu saya tahu diterbitkan oleh salah satu penerbit besar, yang telah menolak naskah saya berkali-kali, membuat saya bergegas terbang untuk membelinya. Alasannya sudah pasti; ingin mengetahui resep rahasia sang penulis hingga berhasil mencuri hati para editor di penerbitan itu. Kali ini, dalam acara Dialog Sastra, saya berkesempatan membagi apa yang saya anggap sebagai “resep rahasia” Arie Saptaji dalam menulis Warrior: Sepatu Untuk Sahabat (Gramedia Pustaka Utama, 2007). Yang Lain Daripada Yang Lain Memasuki tahun 2000, novel remaja lebih dikenal dengan nama baru yang terdengar lebih “wah”: teenlit atau teen literature. Sebuah label berbahasa non-Indonesia untuk novel yang isinya tetap ditulis menggunakan bahasa Indonesia—meski tidak 100% karena disusupi bahasa asing di sana-sini. Novel-novel remaja tersebut diceritakan dengan gaya bahasa yang ringan dan tema ala remaja