Bukan a piece of conversation, tapi a piece of confusion


Joko Anwar's Nightmares and Daydreams (Joko Anwar, 2014)

Baru nonton 2 episode awal dari 7 episode series ini, Old House dan The Orphan. Tapi rasanya sudah cukup. Tak berminat melanjutkan.

Dua episode infantil: dongeng untuk orang dewasa, tapi digarap dengan penceritaan kekanak-kanakan. Dialognya di satu sisi terlalu sederhana--terlalu menyederhanakan masalah; di sisi lain terlalu menjelas-jelaskan (penyakit ini muncul mencolok juga di Perempuan Tanah Jahanam).

Dua episode ini makin menegaskan signature Jokan: bagian awal menjanjikan, bagian tengah meleyot, klimaks sempoyongan.

Film atau series luar (Amrik), kerap disusul penjelasan (ending explained, misalnya) di sejumlah situs, ditulis oleh pengulas profesional.

Karya Jokan biasa disusul lontaran berbagai teori liar para penggemar di medsos, bukan penjelasan telaten pengulas profesional. Subteks: Industri perfilman kita belum mampu untuk menghidupi pengamat film untuk jadi pengulas profesional.

Sutradara dan awak film biasanya cukup memberikan latar dan pernik-pernik seputar karya dan proses penciptaannya.

Jokan lain cerita. Di luar menebar trivia dan behind the scenes, beliau juga sibuk menjelas-jelaskan lagi karyanya, seolah-olah--dan memang--karyanya itu belum selesai berbicara, seolah-olah--dan memang--masih banyak lubang yang perlu ditambal.

Alhasil, bukan lagi explained, tapi overexplained. Penonton dianggap tidak mampu memahami karyanya, atau sang sutradara tak cukup yakin karyanya sanggup berdiri sendiri. Dan, untuk memahami karyanya, penonton mesti juga menjadi pengikut konten medsosnya. Karya infantil memperlakukan penonton secara infantil.

Membaca berbagai penjelasan dan penafsiran film luar, baik yang muncul saat film rilis atau mungkin bertahun-tahun sesudahnya, kita memperoleh sudut pandang baru, sisi-sisi segar, memperkuat apresiasi kita atas film tersebut.

Membaca penjelasan atau teori "resmi" Jokan dan teori liar penggemar, pembacaan malah makin ruwet bin mumet.

Pembisik:
Lepaskan keinginan untuk overexplained baik dalam karya maupun dalam konten medsosmu. Relakan.

Kesimpulan:
Jokan berusaha keras karyanya jadi a piece of conversation, tapi lebih sering jatuhnya malah jadi a piece of confusion.

Comments

Popular posts from this blog

7 Humor Natal yang Bikin Terpingkal-pingkal

Menikmati Tuhan di Alam Terbuka

Menelan Rumah Janda-Janda