Posts

Showing posts from January, 2011

tak tepermanai

untuk kain lampin dan palungan untuk para gembala yang boleh menyentuh kulitmu untuk hardikan pada si penggoda di padang gurun untuk sentuhan yang menghidupkan putra tunggal sang janda untuk pangkuan yang menyambut anak-anak untuk tidak melemparkan batu kepada perempuan pezinah untuk tangisan di kubur seorang sahabat untuk tawa yang larut dalam riak ombak danau galilea untuk pertanyaan yang pelik: "siapakah aku menurutmu?" untuk pengajaran yang sungsang: mengasihi musuh--engkau serius? untuk perumpamaan yang sederhana tapi misterius--biji sesawi, ragi, benih yang tumbuh untuk kain lenan dan baskom untuk roti, anggur, dan percakapan yang panjang di ruang atas untuk rasa sepi dan rasa takut yang kaubiarkan menyergap di taman untuk keringat darah yang menitik di dahi untuk tubuh yang telanjang di palang untuk tujuh ucapan yang berlumur darah dan kenyerian untuk kubur yang kosong untuk langit yang biru dan awan yang menutupimu dari pandangan... terima kasih tak

Antara yang Maya dan yang Nyata

Image
Pada awal maraknya internet, pertanyaan yang kita ajukan satu sama lain, “Apa alamat emailmu?” Email menjadi sarana utama pertukaran kabar di dunia maya. Belakangan ini pertanyaan itu bergeser, ”Kamu punya akun Facebook enggak?” Situs jejaring sosial seperti Facebook menjadi poros bagi banyak orang ketika mengakses internet. Kalau email sejajar dengan proses surat-menyurat di dunia nyata, Facebook serasa menawari kita untuk membangun rumah di sebuah perkampungan besar, lengkap dengan berbagai fasilitas interaksi yang menarik. Di kampung itu kita bisa bertemu dengan kawan lama atau menjajaki hubungan dengan teman baru. Selain bertukar kabar dan kabar, kita bisa saling berkunjung dan melongok rumah satu sama lain. Mengetahui aktivitas yang sedang dilakukan teman kita, membaca paparan yang tertulis dalam catatan masing-masing. Orang leluasa untuk saling mengomentari gambar atau tulisan yang mereka baca, bebas pula untuk nampang melalui album fotonya. Melalui situs tersebut, kita bisa

Berganti Peran Tanpa Berganti Kelamin

Image
Pernah mendengar cerita tentang doa tuntutan emansipasi seorang suami, yang dikabulkan dan mengubah hidupnya secara ajaib, berikut ini? Seorang pria mengeluh, “Ya Tuhan, berilah aku kemurahan. Aku harus bekerja keras, sementara istriku bisa tinggal di rumah. Aku bersedia memberikan segalanya asalkan Engkau mau mengabulkan satu permintaanku: Ubahlah aku menjadi istriku. Ia enak-enakan saja di rumah. Aku ingin memberinya pelajaran, ketapa kerasnya kehidupan kaum pria itu. Tuhan mendengarkan, berbelas kasihan, dan mengabulkan permintaan pria itu. Keesokan paginya, “perempuan baru” itu bangun pagi-pagi benar, menyiapkan kotak makan siang, menyediakan sarapan, membangunkan anak-anak, memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci, mengeluarkan daging dari kulkas, mengantar anak-anak ke sekolah, dalam perjalanan pulang singgah di pompa bensin, menguangkan cek, membayar rekening listrik dan telepon, mengambil pakaian di tukang cuci, dan kemudian segera pergi ke pasar. Sekarang sudah pukul

The Power of Thanksgiving

Image
Sejumlah psikolog mengadakan penelitian tentang sikap tahu berterima kasih dan bersyukur. Mereka membagi responden menjadi tiga kelompok. Orang-orang di kelompok pertama setiap hari melakukan latihan mengucap syukur, misalnya dengan menulis di jurnal ucapan syukur. Hasilnya, mereka memiliki taraf kewaspadaan, kebulatan hati, optimisme, dan energi yang lebih tinggi daripada kelompok lainnya, sedangkan tingkat stres dan depresi mereka lebih rendah. Tidak mengherankan pula, mereka jauh lebih berbahagia daripada orang-orang yang disuruh mencatat semua perkara buruk yang terjadi setiap hari. Salah satu psikolog menyimpulkan, siapa saja dapat meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya hanya dengan membiasakan diri menghitung berkat yang dialami dalam hidupnya. Dalam Perjanjian Baru, ucapan syukur ialah ungkapan secara mental atau lisan pengakuan dan penghargaan kita akan pribadi Allah, anugerah, berkat, dan karya pemeliharaan-Nya di dalam hidup kita. Mengapa kita perlu bersyukur? Pertama,

Baca Dulu, Nonton Kemudian

Image
Foto: https://debatewise.org/wp-content/uploads/books-vs-tv.jpg   Lesra, anak sulung kami, saat berusia usia 7 tahun 10 bulan, selesai membaca novel pertamanya, Rahasia Logam Ajaib dari serial Lima Sekawan karya Enid Blyton. Pengalaman pertama ini rupanya mengasyikkannya karena ia segera melahap novel anak-anak lain yang tersedia di perpustakaan keluarga kami. Melihat gelagat itu, saya berinisiatif membuat perjanjian kecil dengannya, “Mulai sekarang, kalau ada novel yang dijadikan film, kamu harus membaca dulu novelnya, baru boleh menonton filmnya. Ya?” Ia mengangguk. Sejak mereka kecil kami mencoba membiasakan anak-anak dengan bacaan, diawali dengan buku abjad bergambar. Istri saya setia membacakan buku atau majalah untuk mereka. Menjelang bobok siang, bacaan umum. Sebelum tidur malam, kisah-kisah Alkitab. Kami berusaha menyisihkan dana secara teratur untuk membeli bacaan, dan membiarkan mereka memilih bacaan kesukaan yang kami anggap sesuai. Ketika Lesra sudah lancar, kami melanggan

Budaya Selebritas dan Makna Hidup

Image
Setelah sekian tahun memerintah dan mereguk manis-pahitnya kehidupan, Raja Salomo (Sulaiman) menyimpulkan salah satu pengamatannya, yang menunjukkan betapa ia semakin arif memahami perjalanan hidup manusia. “Aku melihat lagi kesia-siaan di bawah matahari: ada seorang sendirian, ia tidak mempunyai anak laki-laki atau saudara laki-laki, dan tidak henti-hentinya ia berlelah-lelah, matanya pun tidak puas dengan kekayaan;—untuk siapa aku berlelah-lelah dan menolak kesenangan?–Inipun kesia-siaan dan hal yang menyusahkan.” Umberto Eco, ahli semiotik dan novelis Italia, mengungkapkan kebenaran serupa. “Saya ingin membuat sebuah buku dan seorang anak, sebab hanya dengan cara itulah kita bisa mengatasi kematian: benda yang terbuat dari kertas dan benda yang terbuat dari daging. Permainan cinta semata-mata, hanya demi kenikmatan belaka, merupakan hal yang tolol; tidak ada hasil yang bisa diperoleh dari hal itu. Tetapi kematian saya bisa mempunyai makna kalau seseorang menggantikan saya dan meneru

Menulis Itu Berjuta Manfaatnya!

Image
Pernahkah Anda membayangkan sebuah dunia yang tidak mengenal tulisan? Tidak ada sistem alfabet, tidak ada alat tulis, tidak ada rekaman tulisan, tidak ada perpustakaan. Orang tidak mengenal prasasti, catatan di daun lontar, buku, apalagi buku elektronik. Di dunia seperti itu Anda tidak akan membaca blog ini. Jelas sebuah dunia yang sangat berbeda dengan dunia yang kita kenal sekarang ini. Sekaligus, hal itu menegaskan betapa vital peran dan manfaat tulis-menulis bagi perkembangan sejarah dan dunia kita. Tidaklah berlebihan, karenanya, kalau dikatakan bahwa menulis itu berjuta manfaatnya. Berikut ini hanya sebagian kecil manfaat praktis menulis. Komunikasi. Jika hanya mengandalkan komunikasi lisan, kita terkungkung ruang dan waktu. Komunikasi tertulis menembus kedua batasan itu. Tulisan memungkinkan kita berkomunikasi lintas generasi dan, dipadukan dengan teknologi muktahir, menghubungkan kita dengan orang di benua lain dalam hitungan detik. Verba volant, scripta manent , kata

Puas dan Bersyukur

Image
Masa pergantian tahun menggugah kita untuk merenungkan masa lalu dan masa depan. Kita mengenang kembali peristiwa dan pencapaian yang telah terjadi sepanjang tahun lalu. Kita juga menggagas harapan dan rencana akan apa yang hendak kita kerjakan pada tahun yang baru. Ada orang yang terbuai oleh masa lalu. Mereka suka mengingat-ingat prestasi hebat yang telah mereka raih pada waktu lampau. Namun, mereka berpuas diri dan berhenti hanya sampai di situ, tidak lagi berminat mengembangkan dan meningkatkan kapasitas diri. Sebaliknya, ada pula yang terpaku pada masa depan. Mereka penuh gagasan dan impian besar, namun tidak meluangkan waktu untuk menyusun strategi dan bertindak mewujudkannya. Mereka hidup dalam dunia khayalan. Bagaimana menghindari kedua jenis perangkap tersebut? Kita dapat melakukannya dengan belajar mengenakan paradigma Ebenezer atau Eben-Haezer. Eben-Haezer mengacu pada monumen batu yang didirikan Samuel setelah Tuhan menolong bangsa Israel mengalahkan bangsa Filistin di Mizp