Posts

Showing posts from December, 2020

Teenlit yang Membuatku Terbengong-Bengong

Image
Seandainya sesuatu yang buruk menimpamu, percayalah, Tuhan turut bekerja dalam semua hal yang kita alami untuk mendatangkan kebaikan pada akhirnta. Dan sejelek-jeleknya rumah kita, itu tempat yang paling aman untukmu pulang-bagaimanapun keadaanmu. (hal. 191) Kalimat itu meluncur dari bibir bu Mujiyo dalam tayangan video yang masuk di Youtube dalam misi pencarian anaknya yang hilang; Siwi. Video tersebut dibuat Widi, adik Siwi dibantu teman-temannya, hingga sampailah mereka ke Jogja atas komentar dari Diah, sahabat baru mereka di dunia maya.  Bab ini adalah bab-bab pertengahan mendekati akhir, dan bagaimana awal mula Siwi bisa hilang? Siwi, gadis yang baru lulus SMA, merasa bosan dengan kehidupannya membantu ibunya menjaga warung. Ia ingin hidup lebih layak lagi, bekerja di kota, tak dinyana ia bertemu Sumarni yang dari segi dandanan seperti artis dan terlihat sukses. Siwi yang sudah dibakar mimpi-mimpi bersiap ikut dengan Semarni ke Jogja, tanpa pamit ibunya yang sedang layat di Paraka

Kisah Siwi Gadis Temanggung yang Mengharukan

Image
Saya membaca novel karya teman saya Arie Saptaji ini dengan penuh minat. Mengapa? Karena saya pernah baca novel tulisannya  yang sebelumnya "Warrior Sepatu untuk Sahabat" dan novel perdananya itu menarik serta yang terpenting sederhana. Ya di tengah gempuran bacaan remaja yang sering menceritakan gadis kota lengkap dengan pernak-pernik dan kegenitan kota, asyik juga baca kisah gadis desa dengan latar pegunungan yang alami dan lugu. Di novel keduanya Arie kembali menuturkan cerita tentang gadis desa nan lugu. Siwi tokoh novel "Dalam Rinai Hujan" ini gadis desa di Temanggung yang bersekolah di sebuah  SMA  di Parakan. Parakan kota kecil di barat Temanggung. Lika-liku anak sekolah SMA lengkap dengan teman-teman pergaulannya atau "peer group" nya diceritakan dengan runtut. Masalah mulai muncul saat Siswi lulus SMA dan setengah menganggur. Kegiatannya hanya membantu berjualan di warung kecil ibunya. Desa yang dulunya nyaman lama-lama menjadi  tempat yang membos

Seperti Bukan Teenlit

Image
Bila Anda menyukai Children of Heaven, film Iran besutan sutradara Majid Majidi, kemungkinan besar Anda akan menyukai Warrior. Bila Children of Heaven berkisah tentang lomba lari, maka Warrior berkisah tentang lomba gerak jalan. Dua-duanya tertutur bersahaja. Dua-duanya tentang sepatu usang layak buang. Dua-duanya beralur cerita sederhana. Keluarga yang terkisah di dalam keduanya adalah keluarga yang tampak biasa menderita, seperti yang tertampil pula dalam sinetron Keluarga Cemara karya Arswendo Atmowiloto. Sri Suryani, anak seorang janda yang bekerja sebagai pembuat lopis dan pekerja serabutan, suatu ketika gembira sekaligus sedih ketika namanya tersebut sebagai salah satu peserta lomba gerak jalan di SMP Negeri Ngadirejo. Gembira karena terpilih, sedih karena sepatunya yang bermerek Bibos kini sudah berlubang: menampakkan ujung jari kelingkingnya. Kesedihan ini membuatnya memikirkan beberapa alternatif untuk mencari sepatu baru merek Warrior yang ngetren waktu itu: menabung, meminta

Teenlit dengan Gaya Tutur yang Apik

Image
Tanggal 21 Februari kemarin gue diundang GPU untuk acara talkshow di toko buku Gramedia Botani Square Bogor, dan untuk kedua kalinya gue ketemu Mas Arie Saptaji, yang kali ini juga ikut mempromosikan teenlit terbarunya berjudul “Warrior: Sepatu untuk Sahabat”. Langsung dong nodong tandatangan sama penulisnya. Setiba di rumah gue langsung baca (sayangnya nggak bisa selesai dalam satu hari karena kerjaan gue masih menumpuk). Baru baca setengah buku aja, beberapa kalimat dan gaya bertutur Mas Arie udah bikin gue meleleh. Yup, Mas Arie piawai sekali menggambarkan situasi dan mendeskripsikan sesuatu, yang jadi kelemahan gue dalam bertutur kisah selama ini. Salah satu kalimat deskripsi yang jadi favorit gue adalah ini: “Bunyi air yang menetes-netes di ceruk gua dan menggemericik di sepanjang sungai kecil, ditingkahi cericit burung di balik dahan pohon-pohon yang rindang, merengkuh mereka dalam atmosfer yang adem, purba, dan misterius.” Menurut gue, untuk bacaan berlabel teenlit, buku Mas Ari

Kental dengan Budaya Jawa

Image
Sri adalah gadis sederhana asal Desa Ngadirejo. Cewek paling jago olahraga di sekolahnya tersebut terbilang ayu, namun memiliki pribadi tertutup dan cenderung sensitif. Tak banyak yang bisa mengerti jalan pikirannya. Mungkin, itu disebabkan Sri selalu merasa berada di tempat dan waktu yang salah. Sri memang memiliki otak cukup encer. Posisi di SMP favorit di kabupatennya berhasil didapatnya. Sayang, lingkungan SMP tersebut dirasa kurang kondusif untuk Sri. Kawan-kawannya lahir dari keluarga berada, sedangkan Sri tidak. Sang ibu hanya berjualan lopis di pasar. Sepeninggal ayahnya, si Mbok harus jadi tulang punggung keluarga. Menjadi penjual kue lopis adalah satu-satunya pilihan. Suatu ketika, Sri terpilih sebagai salah satu duta sekolah untuk mewakili SMP Ngadirejo dalam lomba gerak jalan. Apakah Sri senang karena terpilih? Jawabannya, tidak sama sekali. Bukan apa-apa, tapi Sri tidak memiliki sepatu yang layak untuk ikut lomba. Sepatunya berlubang. Selain itu, sepatu satu-satunya terseb

Catatan Remaja 80-an

Image
Dari bumi Ngadirejo ini, ke langit mana engkau akan mengangkasa meraih bintangmu, Sri? (hal/ 57) Ke langit yang bersahaja tanpa bintang-bintang. Asalkan tidak mendung dan hujan, cukuplah. Begitulah cita-cita sederhana seorang remaja dari desa. Membaca buku ini saya jadi teringat Children of Heaven, film tentang anak terbaik produksi Iran yang diputar dalam Jiffest beberapa tahun lalu. Kisahnya mirip, anak yang mendaftar untuk ikut lomba lari karena hadiahnya adalah sepatu baru, yang akan dia hadiahnya kepada adiknya. Ceritanya sederhana. Dibuka dengan kisah Sri Suryani, siswi kelas 2 SMP Negeri Ngadirejo, yang khawatir ketika ia terpilih menjadi salah satu anggota lomba gerak jalan sekabupaten Temanggung. Apa masalahnya? Ya itu tadi. Sepatu. Sepatunya bolong. Kalau dipakai latihan, tampilan sepatunya pasti lebih buruk di hari H. Ia perlu sepatu baru. Sepatu Warrior, yang tahun 80-an adalah sepatu yang mungkin paling popular di seluruh sekolah di nusantara ini. Sepatu hitam dengan bahan