Kalau Memang Pintar
Baru pukul sepuluh pagi, Parto sudah pulang dari sekolah sambil menangis.
“Kenapa? Pulang-pulang kok nangis? Berkelahi, ya? Dasar cengeng!” hardik Pak Wingko, bapaknya.
“Dimarahi Pak Guru! Aku tidak bisa menuliskan kelima sila Pancasila,” jawab Parto.
“Begitu saja tidak becus!”
“Iya, tetapi Pak Guru juga bilang, aku goblok seperti Bapak!”
“Heh, apa? Gurumu berani bicara seperti itu? Awas, ya!”
Dengan geram Pak Wingko menyeret Parto kembali ke sekolah. Sesampai di sekolah ia langsung mendatangi Pak Guru dan melabraknya.
“Pak Guru, kalau bicara jangan sembarangan, ya! Memangnya sampeyan orang paling pintar sejagat? Coba kalau sampeyan memang pintar, tulis ini!”
Pak Wingko bersiul keras-keras, lalu berkata, “Ayo, tulis!”
Hehe iyaa ngga boleh bilang orang lain bodoh yaaa sepintar apa memangnya kitaa
ReplyDelete