Mengembangkan Kebiasaan Menulis

Berikut ini beberapa tip yang saya kumpulkan dari berbagai sumber. 

Membaca. Membaca. Membaca. Bacalah terutama karya-karya fiksi yang baik (bedakan antara yang baik dan yang populer/laris). Bila Anda berminat menulis karya yang baik, Anda perlu membaca buku yang baik pula. Penuhilah pikiran Anda dengan bacaan yang berkualitas dan Anda kemungkinan besar akan dapat menghasilkan karya serupa. Gaya penulisan itu penting, dan Anda dapat “menyerap”-nya dari buku-buku yang telah teruji oleh waktu. Selingan: Siapa penulis favorit Anda? 

Menulis. Menulis. Menulis. E.B. White berkata, “Saya mengagumi orang yang punya nyali untuk menuliskan sesuatu, apa pun itu.” Annie Dillard,  "Menulis kalimat itu sulit apa pun topiknya. Menulis kalimat untuk resep masakan tidak lebih mudah dari menulis kalimat dalam Moby Dick. Jadi, mengapa tidak sekalian menulis Moby Dick saja?” Dengan kata lain, bagaimanapun juga, menulislah. Meluangkan waktu khusus untuk menulis—setiap hari, setiap minggu. Kalau Anda tidak ingin melakukannya, dan tidak bertekad untuk melakukannya sesudah membaca artikel ini, Anda membuang waktu membaca artikel yang keliru. 

Ide—bagaimana mendapatkannya? Senang mengeksplorasi. Senang berandai-andai: Bagaimana kalau? Kenapa tidak? Mungkinkah? Jadilah pendengar dan pengamat yang baik. Roald Dahl, "Dan yang terutama, perhatikanlah dengan mata yang berbinar-binar seluruh dunia yang ada di sekitarmu karena rahasia-rahasia paling agung senantiasa tersembunyi di tempat-tempat yang tidak terduga. Mereka yang tidak percaya akan keajaiban tidak akan pernah menemukannya.” Siapkan catatan untuk merekam apa yang Anda simak di sekeliling Anda waktu demi waktu—Anda tidak akan kehabisan ide tulisan atau inspirasi cerita. 

Tulislah mengenai hal-hal yang menggugah minat Anda. Kalau Anda tidak memiliki minat tertentu, Anda tak mungkin jadi penulis. Contoh: Saya menulis resensi dari film yang menawan atau, sebaliknya, menjengkelkan. 

Menulislah dengan passion. Menulislah karena menganggap menulis sebagai “panggilan hidup,” bukan karena kewajiban, bukan karena ingin terkenal, atau ingin mendapatkan uang. Hal-hal itu tidak salah, namun bukan yang utama, hanya hasil sampingan. Penulis sejati menulis sekalipun tidak dibayar. 

Menulislah dengan “telinga”, bukan dengan mata. Artinya, tulisan Anda harus enak didengar. Selesai menulis, cobalah baca dengan suara nyaring tulisan Anda. Apakah terdengar enak dan wajar seperti orang berbicara? 

Mengenali pasar. Kalau ingin menulis cerpen untuk koran Minggu, bacalah cerpen-cerpen yang sudah dimuat di situ, dan kenali “polanya.” Menulis untuk majalah remaja tentu berbeda dengan menulis majalah anak-anak. Gunakan gaya bahasa yang sesuai dengan sasaran pembaca Anda. 

Pantang menyerah. Teruslah menulis dan kirim ke media atau penerbit. Ditolak enam kali? Teruslah menulis! Ditolak tiga ratus kali? Teruslah menulis! Ditolak empat ribu kali? Mungkin Anda memang perlu memikirkan karier lain. Perlu diingat, ditolak suatu media, belum tentu karena karya tidak bagus; bisa jadi karena tidak cocok (bandingkan dengan soal pengenalan pasar di atas).

Selamat mengembangkan kebiasaan menulis! ***

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

7 Humor Natal yang Bikin Terpingkal-pingkal

Edisi Koleksi Terbatas 50 Tahun Majalah Bobo Cerpen & Dongeng: Benarkah “Terbaik Sepanjang Masa”?

Setengah Hari di Rumah Atsiri