Tiga Jalan Hidup: Satu Jalan Penyelesaian Allah (Bagian 5 dari 6 Tulisan)
Allah itu benar. Dia tidak
mungkin berdusta. Dia tidak mungkin pula membatalkan begitu saja firman-Nya
bahwa manusia pasti mati bila mereka memakan buah pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat.
Akan tetapi, Allah itu juga
kasih. Dia tidak mungkin Dia membiarkan rupa dan gambar-Nya rusak begitu saja.
Dia juga tidak mungkin membiarkan manusia ciptaan-Nya binasa—sekalipun itu
akibat pelanggaran mereka sendiri. Selain itu, jika Allah tidak mampu mengatasi
masalah kejatuhan manusia ke dalam dosa ini, berarti Dia bukan Allah yang Mahakuasa.
Bagaimana Allah
menyediakan jalan penyelesaian untuk persoalan pelik ini? Allah membenci dosa,
tetapi Dia mengasihi manusia yang berdosa. Lalu, bagaimana manusia yang berdosa
dapat diampuni, sedangkan hukum Allah menuntutnya menanggung kematian? Dia
menjawabnya dengan sebuah kabar baik: “Karena begitu besar kasih Allah akan
dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”
(Yohanes 3:16). Allah menyediakan jalan penyelesaian dengan mengutus Yesus
Kristus, Anak-Nya yang tunggal, menjadi Juruselamat dunia (1 Yohanes 4:14).
Allah Anak menjelma
menjadi manusia sepenuhnya, tetapi Dia tetap Allah sepenuhnya. Menurut Alkitab,
di dalam kemanusiaan Kristus berdiam seluruh kepenuhan Allah (Kolose 2:9). Dia
menjadi Imam Besar bagi kita dengan turut merasakan kelemahan kita, menghadapi
segala pencobaan seperti kita, tetapi Dia sama sekali tidak berdosa (Ibrani
4:15). Dia tidak perlu menanggung hukuman dosa, tetapi Dia secara sukarela mati
untuk menebus dosa manusia: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang” (Matius 20:28).
Dengan kematian-Nya di kayu salib, Yesus Kristus menanggung dosa kita
(1 Petrus 2:24). Pada masa Perjanjian Lama, dengan kurban yang dipersembahkan
menurut Hukum Taurat, dosa sekadar “ditutupi”
untuk sementara (lihat Ibrani 10:1-4).
Dengan kematian Yesus Kristus, dosa benar-benar telah “dihapuskan” untuk selama-lamanya (Ibrani 9:26, 10:11-18).
Dia juga membawa kita
kepada Allah (1 Petrus 3:18), memperdamaikan kembali kita dengan Allah. Hal
utama yang merintangi hubungan manusia dengan Tuhan adalah dosa (Yesaya 59:2). Dengan dihapuskannya
dosa oleh Yesus Kristus pada kayu salib, jalan manusia untuk menghampiri Allah
pun terbuka kembali (Ibrani 10:19-21).
Tiga hari sesudah
kematian-Nya, Yesus Kristus dinyatakan sebagai Anak Allah melalui kebangkitan-Nya
dari antara orang mati (Roma 1:4). Karena sekarang Dia hidup kekal
selama-lamanya, Dia berkuasa menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang
datang kepada-Nya (Ibrani 7:25).
Itulah jalan anugerah,
jalan keluar yang Allah sediakan berdasarkan kasih-Nya untuk mengatasi kebuntuan
jalan imoralitas dan jalan moralitas. Karena kita tidak mampu menyelamatkan
diri sendiri, Dia menyediakan Juruselamat bagi kita.
Persoalannya sekarang,
bagaimana kita dapat menerima anugerah tersebut? Bagaimana kita dapat menyambut
Kristus sebagai Juruselamat serta mengalami pengampunan dosa dan pendamaian
dengan Allah? ***
Comments
Post a Comment