Ucapan Syukur Maria

Bacaan Alkitab: Yohanes 12:1-8
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaku mengenai kamu… yaitu rancangan damai sejahtera… untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11)

Novel Miryam dari Magdala karya Angela Hunt memuat cerita unik yang didasarkan pada Yohanes 12:1-8. Kisahnya kurang lebih sama. Seminggu sebelum Yesus disalibkan, Maria, saudara Lazarus dari Betania, mengurapi Yesus dengan minyak narwastu murni yang mahal harganya. Ia meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Aroma harum minyak itu memenuhi seluruh penjuru rumah. Tetapi, Yudas mencela tindakan itu sebagai pemborosan. Seharusnya Maria menjual minyak itu dan mendermakan uangnya kepada orang-orang miskin. Namun, Yesus menyambut pengurapan Maria itu sebagai persiapan bagi penguburan-Nya.
Menurut Hunt, Maria mengurapi Yesus bukan karena hendak berterima kasih atas apa yang sudah Dia lakukan, yaitu membangkitkan Lazarus dari antara orang mati, melainkan untuk apa yang akan Yesus kerjakan, yaitu mati di kayu salib—menebus dosa umat manusia.
Selama ini, setiap berdoa malam bersama anak-anak, kami mengucap syukur atas berkat dan kebaikan yang sudah Tuhan curahkan sepanjang hari—hal-hal yang telah kami lakukan. Atau, kami meminta perlindungan dan penyertaan Tuhan atas apa yang hendak kami lakukan. Namun, yang jarang terlintas dalam pikiran saya adalah bersyukur atas apa yang akan Tuhan kerjakan.
Pada hari pertama tahun baru ini kita dapat meneladani sikap Maria. Kita bukan hanya bersyukur atas hari-hari yang sudah berlalu, tetapi juga bersyukur atas hari-hari yang akan datang. Bersyukur menandakan kepercayaan—bahwa segala sesuatu yang diizinkan-Nya terjadi nanti, semuanya itu demi kebaikan kita dan bagi kemuliaan-Nya.

Relung Renung:
Untuk segala sesuatu yang telah berlalu, pujilah Dia;
untuk segala sesuatu yang akan datang, percayalah kepada-Nya.

Comments

Popular posts from this blog

7 Humor Natal yang Bikin Terpingkal-pingkal

Edisi Koleksi Terbatas 50 Tahun Majalah Bobo Cerpen & Dongeng: Benarkah “Terbaik Sepanjang Masa”?

Setengah Hari di Rumah Atsiri