Mendebarkan... dan Keren!

MISTERI PERAWAN KUBUR (Abdullah Harahap, Paradoks, 2010, 318 h.)

Waktu remaja dulu, aku enggan menyentuh novel-novel Abdullah Harahap (AH). Selain rada ngeri dengan genre horor yang ia usung, kemasan novelnya juga memberi kesan kacangan, sekadar mencari sensasi, plus konon bertabur bumbu adegan seks yang aduhai.

Namun, saat beberapa novel AH diterbitkan ulang oleh Paradoks, yang merupakan imprint Gramedia Pustaka Utama, dan disunting oleh Eka Kurniawan, aku jadi tergelitik. Dan, baru pagi ini aku menyelesaikan salah satunya: Misteri Perawan Kubur (MPK).

Nyatanya, aku salah besar. Horor? Memang iya. Bumbu seks? Ada, wong memang labelnya 'novel dewasa'. Namun, sungguh keliru kalau mengira AH membesutnya secara asal-asalnya. Sebaliknya, cerita mencekam ini justru tersaji secara amat elok dan elegan. (Ehem, keterampilan menulisnya jelas menang kelas dari AH yang satunya lagi itu.)

Bab "Satu" langsung merenggut kita ke alam misteri: pembinasaan atas seorang perempuan pendendam yang menjadi sumber bencana di sebuah desa di kaki Gunung Galunggung. Ini bab bisa dianggap sebagai sebuah cerpen tersendiri, utuh, dengan plot terbuka, membekaskan aura horor yang amat kuat.

Bab itu memang dimaksudkan sebagai bab akhir cerbung yang digarap tokoh kita, Ramandita, wartawan di Jakarta. Editornya tidak puas dengan ending yang menggantung itu, namun Ramandita keras kepala. Yang tidak dia duga, perempuan yang mati dalam kisah fiksinya itu melahirkan anak gadis, yang kemudian bangkit dari kubur, lalu mendatanginya untuk meminta pertolongan. Awalnya, Ramandita menganggapnya gadis murahan biasa... sampai si gadis, yang kemudian dikenal sebagai si Nona, ini menebar teror menggiriskan.

MPK membelitkan genre horor dengan genre detektif plus sedikit sentuhan fiksi ilmiah menjelang akhir kisah. AH menuturkannya dengan telaten, termasuk mengajak kita menelusuri gerak pikir dan gelombang perasaan para tokohnya, berkelindan dengan alur misteri yang mendebarkan. Sampai akhirnya kita disuguhi klimaks yang surealis: menulis sebagai sebuah upaya pengusiran roh jahat. Lalu, kisah ditutup dengan pelintiran plot yang menyentak.

Baru kutahu kisah horor karya penulis Indonesia bisa sekeren ini.

24.04.2013

Comments

Popular posts from this blog

7 Humor Natal yang Bikin Terpingkal-pingkal

Edisi Koleksi Terbatas 50 Tahun Majalah Bobo Cerpen & Dongeng: Benarkah “Terbaik Sepanjang Masa”?

Setengah Hari di Rumah Atsiri