Exodus



kuhamburkan belerang sinai ke tengah pestamu
yang memijar. sebelum ular menjilatnya, remah roti
bertebaran di tanah-tanah yang terpeta: 
perjalanan ini meleleh dari garis sketsa
dan musim yang bersayap. kadesy-barnea
batas kota yang menempuruk: dan berpaling
dari cinta semula. engkau pun mengembara

40 tahun. serpih-serpih suratku menjadi pasir
gurun tempat kau menyemaikan benih-benih
rasa tertipu. dan burung-burung puyuh
memungutinya: langit yang kecubung oleh bisa
ular tedung. sampai bintang david gugur
dan musim memburaikannya ke ujung timur: 
dinding-dinding babel melipati riwayat kita
dalam habluran rasi para kasdim dan tua-tua

biarlah aku bersarang di basah matamu
dan ratapan yang berdebu. kubaca testamen
memburam: darah habel nanti bicara
di tanah tinggi golgota. begitulah, diam-diam
engkau menikam lambungku. tiga putaran
waktu mengendap. darahku mengekal dalam
cawan-cawan yang menampung kesaksian
eksodus berikutnya: aku bakal menjemputmu
supaya kau tahu siapa aku

Comments

Popular posts from this blog

7 Humor Natal yang Bikin Terpingkal-pingkal

Edisi Koleksi Terbatas 50 Tahun Majalah Bobo Cerpen & Dongeng: Benarkah “Terbaik Sepanjang Masa”?

Setengah Hari di Rumah Atsiri