Kolya: Malaikat Kecil Pembawa Transformasi


Karena asal berkicau di depan polisi rahasia, Louka kehilangan posisi terhormatnya di Czech Philharmonic Orchestra. Untuk mengongkosi hidupnya, ia hanya bisa bermain selo mengiringi upacara kremasi, dan kadang-kadang membersihkan batu nisan. Kalau ada yang bertanya, dia menjawab dirinya bermain di semacam ensambel. Di usia 55 tahun, ketika semestinya ia mengecap masa kejayaan, hidupnya malah macet.

Di sisi lain, bujangan bersosok ala Sean Connery itu mirip ABG yang tengah ditimang-timang oleh pubertas. Meski baginya menjadi musisi berarti siap melajang, toh bukan berarti ia tak bisa menjawil sejumlah wanita. Dengan santainya ia mencemol bokong Klara yang tengah menyanyikan Mazmur 23 dengan khidmat. Ketika menerima murid perempuan, tak ayal gadis manis itu menjadi sasaran rayuannya. Singkatnya, kehidupan cintanya tanpa pelabuhan.

Di luar itu, ia, tentu saja, membenci Rusia, yang tengah menginjak-injak negerinya. Ironisnya, justru dari Rusialah datang sebuah rahmat terselubung bagi kebuntuan hidupnya.

Seorang teman menawarinya untuk pura-pura menikahi perempuan Rusia yang memerlukan kewargaan Cheska, agar tidak ditundung balik ke Rusia. Ia akan mendapatkan bayaran lumayan untuk itu. Namun, alih-alih kemudian bercerai seperti direncanakan semula, perempuan itu minggat ke Jerman menyusul pacarnya. Sialnya (atau, untungnya?), perempuan itu juga meninggalkan bocah laki-laki berumur lima tahun, Kolya, ke dalam penjagaan Louka. Tentu saja Louka berusaha secepatnya lepas dari si bocah, namun keganjilan pun terjadi: semakin keras Louka berupaya, semakin erat keduanya melekat.

Kisah selanjutnya, bisa ditebak, memaparkan dinamika hubungan Louka-Kolya yang mendatangkan transformasi bagi keduanya. Keunggulan Jan Sverak dan penulis skenario Zdenek Sverak (ayahnya, yang sekaligus berperan sebagai Louka) terlihat dalam membubuhkan detil-detil yang bersahaja namun mengena. Kolya mendesak Louka nonton film kartun Rusia; Louka mengajak Kolya ke rumah ibunya, yang sengit rumahnya disinggahi bocah Rusia; Kolya menelepon neneknya dari bathtub; Kolya mendampingi Louka menjalani interogasi di kantor polisi; Kolya menirukan ritual kremasi. Semua itu ditopang akting menonjol para pemainnya. Selain Zdenek Sverak, Andrej Chalimon sebagai Kolya dan Libuse Safrankova sebagai Klara tampil mantap. Oscar untuk Film Berbahasa Asing Terbaik pun disematkan pada film ini.

Titik balik bagi Louka berlangsung ketika Kolya terserang demam tinggi. Kamera berputar menggambarkan rasa pusing yang mendera Kolya, namun juga mewakili kamar (baca: dunia) Louka yang terputar berbalik arah. Setelah beberapa waktu mengasuh Kolya, Louka menemukan sebuah tataran baru: bahwa cinta tidak diraihnya dengan merenggut, melainkan dengan merengkuh dan menyambut. Bahwa cinta bukan sekadar perkara syahwat, namun soal komitmen dan tanggung jawab. Dengan mempedulikan dan melindungi si bocah, ia menemukan sisi kepriaan dirinya yang selama ini terkubur oleh gaya hidup sembrono. Ia mendapati dirinya menjadi sesosok bapak.

Menariknya, transformasi pribadi tersebut secara halus ditautkan dengan transformasi nasional yang berlangsung di latar belakang. Melalui Revolusi Beludru pada 1988, Republik Cheska mengibaskan cengkeraman komunisme.

Ketika film berakhir, Kolya kembali terbang ke Rusia, mengangkasa seperti malaikat kecil. Louka kembali menjadi musisi terhormat, dan telah menikah. Istrinya berdiri di antara penonton konser dalam keadaan hamil. Sebuah kehidupan baru siap merekah ***

Comments

Popular posts from this blog

7 Humor Natal yang Bikin Terpingkal-pingkal

Edisi Koleksi Terbatas 50 Tahun Majalah Bobo Cerpen & Dongeng: Benarkah “Terbaik Sepanjang Masa”?

Setengah Hari di Rumah Atsiri