Kental dengan Budaya Jawa



Sri adalah gadis sederhana asal Desa Ngadirejo. Cewek paling jago olahraga di sekolahnya tersebut terbilang ayu, namun memiliki pribadi tertutup dan cenderung sensitif. Tak banyak yang bisa mengerti jalan pikirannya. Mungkin, itu disebabkan Sri selalu merasa berada di tempat dan waktu yang salah.

Sri memang memiliki otak cukup encer. Posisi di SMP favorit di kabupatennya berhasil didapatnya. Sayang, lingkungan SMP tersebut dirasa kurang kondusif untuk Sri. Kawan-kawannya lahir dari keluarga berada, sedangkan Sri tidak.

Sang ibu hanya berjualan lopis di pasar. Sepeninggal ayahnya, si Mbok harus jadi tulang punggung keluarga. Menjadi penjual kue lopis adalah satu-satunya pilihan.

Suatu ketika, Sri terpilih sebagai salah satu duta sekolah untuk mewakili SMP Ngadirejo dalam lomba gerak jalan. Apakah Sri senang karena terpilih? Jawabannya, tidak sama sekali. Bukan apa-apa, tapi Sri tidak memiliki sepatu yang layak untuk ikut lomba.

Sepatunya berlubang. Selain itu, sepatu satu-satunya tersebut terlihat tak laik digunakan jalan. Mau minta dibelikan oleh si Mbok, hati Sri meronta tidak tega. Tebersit keinginan mengundurkan diri dari tim gerak jalan.

Kekuatan motivasi sang sahabat, Lisa, mampu menumbuhkan semangat baru bagi Sri. Penyusunan rencana dilakukan. Sri dan Lisa memikirkan alternatif cara mendapatkan sepatu baru.

Alternatif pertama, Sri harus mulai menabung, mencari pekerjaan sepulang sekolah, dan mengirit uang saku. Alternatif kedua adalah meminjam sepatu teman lainnya. Untuk saran terakhir, Sri keberatan. Dia trauma dituduh merusak barang pinjaman seperti yang pernah dialaminya dulu.

Bersama sahabatnya, Lisa yang ketua OSIS itu, Sri berusaha mencari uang untuk membeli sepatu. Tapi, saat uang tersebut terkumpul, ada lagi halangan lain yang menghambat langkahnya.

Sang penulis, Arie Saptaji, sukses menyematkan kekentalan budaya Jawa dalam novel ini. Kesederhanaan hidup dan penggalan kisah pewayangan terbilang unik untuk kelas bacaan teenlit, warna baru untuk khazanah novel Indonesia. Belum banyak yang melakukan langkah serupa. (car)

Sumber: Jawa Pos Online, Senin, 07 Jan 2008

* Ulasan ini berdasarkan Warrior: Sepatu untuk Sahabat (GPU, 2007). Novel ini diterbitkan ulang oleh Pustaka Patria (2020) bersama dengan dua novel lain dalam Trilogi Temanggung, yaitu Dalam Rinai Hujan dan Temanggung, Yogyakarta.

Comments

Popular posts from this blog

7 Humor Natal yang Bikin Terpingkal-pingkal

Edisi Koleksi Terbatas 50 Tahun Majalah Bobo Cerpen & Dongeng: Benarkah “Terbaik Sepanjang Masa”?

Setengah Hari di Rumah Atsiri